Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Medan Dorong Wisata Medis, tapi Banyak WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

JAKARTA, KOMPAS.com - Wisata medis (medical tourism) di Indonesia tengah digencarkan oleh Pemerintah Kota Medan, Sumatera Utara. Sayangnya, banyak masyarakat Tanah Air yang justru memilih berobat ke luar negeri. 

"Yang terbesar dari Medan, jadi yang menjadi pusat wisata berbasis kesehatan itu Medan," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (9/10/2023). 

  • Medan Promosikan Wisata Medis, Bisa Berobat Sambil Rekreasi
  • 3 Rumah Sakit di Malang Siap Beri Layanan Wisata Medis

Dalam kesempatan yang sama, Wali Kota Medan Bobby Nasution mengatakan, programnya Medan Medical Tourism yang dicanangkan pada Oktober 2021 berasal dari permasalahan tersebut.

Dalam hal melakukan perjalanan ke Malaysia dan Singapura untuk berobat atau check-up, masyarakat Medan berada di peringkat kedua tertinggi.

"Memang per hari ini mungkin Sumatera Utara itu peringkat kedua di Pulau Sumatera yang masyarakatnya banyak sekali pergi ke Malaysia dan Singapura," kata Bobby. 

Bobby melanjutkan, lebih dari 200.000 warga Medan berobat dan check-up ke luar negeri.

Di atas Medan, ada Kepulauan Riau di peringkat pertama dengan 700.000 orang. Angka tersebut menyebabkan kerugian yang besar. 

"Namun dari 200.000-an ini kalau kami hitung-hitung secara nilai ekonomi kami pernah hitung itu lebih dari Rp 6 triliun angka yang potensi lost (kehilangan) di Kota Medan," tuturnya.

Padahal, kata dia, sebagai ibu kota provinsi, jumlah rumah sakit di Medan sudah lebih banyak dan memadai dibandingkan kabupaten ataupun kota lain di Sumatera Utara.

  • Beda Wisata Medis dan Wisata Kesehatan, Ada di Kegiatan dan Motivasi
  • 5 Cara ke Bandara Kualanamu dari Medan, Bisa Naik Kereta 

Oleh karena itu, gerakan Medan Medical Tourism diharapkan dapat mendorong wisata medis agar masyarakat dapat berobat di dalam negeri. 

"Bagaimana Rp 6 triliun yang lost ini, ya mungkin enggak semuanya, minimal bisa setengahnya atau lebih bisa masuk kembali ke Kota Medan, ke rumah sakit," kata Bobby. 

Salah satu caranya, Bobby menjelaskan, dengan menginformasikan bahwa tenaga medis atau dokter di Medan dan di kota-kota lainnya di Indonesia tidak kalah dengan tenaga media di luar negeri. 

Alasan masyarakat Indonesia memilih berobat ke luar negeri

Bobby berpendapat, ada beberapa faktor utama yang menyebabkan kurang populernya potensi wisata medis di dalam Tanah Air. Pertama, hospitality atau keramahtamahan. 

"Yang menjadi potensi kita kalah bersaing adalah tentang hospitality. Itu yang hari ini menjadi salah satu faktor utama kita sangat jauh dibandingkan dengan medis yang ada di luar negeri," tutur dia. 

Kedua, segi promosi. Jika dilihat, di Kota Medan dalam sebulan saja bisa terlihat dua kali promosi rumah sakit atau Pemerintah Malaysia. Mereka datang promosi sambil membawa aneka promo yang menarik. 

"Apalagi setelah Covid kemarin, sudah dibuka lagi promonya sangat luar biasa. Mereka di mal-mal kita di waktu-waktu ramai, mereka bisa hadirkan membawa promo-promonya yang sangat luar biasa. Membawa masyarakat kembali tertarik untuk berobat di sana," jelasnya.

Menurut Bobby, kedua faktor tersebut menjadi alasan utama yang harus segera ditangani oleh Medan Medical Tourism.

"Salah satunya harus dengan cara kolaborasi, kami Pemerintah Kota Medan dengan beberapa kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara, ataupun harapan kami bisa dengan kementerian lembaga atau kabupaten/kota/provinsi yang ada di Indonesia," ucapnya.

Sementara itu, Staf Khusus Menteri Kesehatan untuk Ketahanan Industri Obat dan Alat Kesehatan, Prof. dr. Laksono Trisnantoro, PhD mengatakan, jarak kedua wilayah menjadi faktor.

Jarak dari Medan ke Malaysia jauh lebih dekat dibanding ke Jakarta sehingga harga tiketnya pun lebih murah. Hal itulah yang menyebabkan warga negara Indonesia (WNI) lebih suka berobat ke Malaysia, atau bahkan Singapura.

"Kendala salah satunya, jarak Medan ke Malaysia dan Medan ke Singapura tiket pesawatnya lebih murah, dibandingkan Medan ke Jakarta atau ke dalam negeri sendiri. Perbedaan harganya luar biasa," ujar Laksono. 

https://travel.kompas.com/read/2023/10/11/061300227/medan-dorong-wisata-medis-tapi-banyak-wni-pilih-berobat-ke-luar-negeri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke