Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (99): Pelecehan

Kompas.com - 19/12/2008, 07:34 WIB

           “Dard hai! Pet bohat dard hai! Sakit sekali. Perut sakit....!”

Pria itu, bak dokter ahli, langsung menyingkap kaos saya.
           “Kamu mau dipijat?” tanyanya.

Saya tak menjawab. Garbar, kekacauan, yang mengaduk-aduk perut  sudah membuat saya kehilangan akal sehat.

Tangannya mulai memijati bagian perut saya, mulai dari pusar terus ke bawah. Pijatannya sakit, tubuh saya sampai menggelinjang. Tetapi orang itu tak berhenti, ia terus memijat, kini lebih perlahan. Saya sudah terlalu lemah untuk melawan. Saya hanya bisa berharap kesembuhan dari pijatan lembutnya. Moga-moga ini bukan harapan kosong.

          “Kamu tahu Ayurveda? Itu teknik pengobatan tradisional India. Pasti sembuh!” katanya meyakinkan.

Saya sering mendengar tentang Ayurveda dan tahu kalau teknik penyembuhan ini berasal dari kitab kuno umat Hindu. Tetapi saya tak tahu bagaimana bentuk pastinya. Saya pun tak yakin kalau manajer hotel yang penampilannya sembilan puluh persen meragukan ini bisa Ayurveda.

Tangan kanannya memijat dengan gerakan seperti mencubit. Tangan kirinya berusaha memelorotkan celana dan celana dalam saya.

Apakah Ayurveda itu mengobati sakit perut dengan memijat alat genital? Sepertinya tak masuk akal. Dengan serta merta saya menarik kembali celana saya yang dipelorotkan.

Tetapi gerakan sesederhana itu sudah membuat saya kehabisan nafas. Saya merasa pijatannya terus di daerah perut saya, sampai akhirnya saya tak berdaya lagi ketika ia melakukan pijatan yang ia mau. Moga-moga saja ini benar-benar Ayurveda, batin saya, mengharap kesembuhan diare dan sakit perut yang melilit ini.

          “Perutmu lemah sekali,” kata orang berkumis itu, “coba lihat perut saya. Kuat kan?” Dia membuka bajunya, meminta saya meraba-raba. Kemudian membuka celananya, meminta diraba juga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com