Beberapa menit kemudian, saya membuka mata lagi. Sekarang di antara charpoi saya dengan charpoi mereka tiba-tiba teronggok sebuah kursi, entah dari mana. Saya tak lagi bisa melihat wajah kedua pemuda yang masih bergumul itu, tetapi kedua pasang kaki itu masih terus bergesekan.
Pagi hari, malam panjang penuh rabaan dan gesekan itu, langsung terlupakan. Ziarat Gul mengantar saya pulang. Saya terus menyimpan sebuah pertanyaan dalam hati, apakah ciuman, pelukan, gesekan, antara kedua pria di atas sebilah charpoi adalah sesuatu yang normal di daerah ini, di mana para gadis sama sekali tak terlihat dan bersembunyi di balik tembok rumah dan burqa?
(Bersambung)
_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.