Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada Habisnya Menikmati Kerinci

Kompas.com - 27/01/2010, 02:35 WIB

Oleh Timbuktu Harthana

Kabut turun perlahan di kaki Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci, Jambi. Hawa pun beranjak dingin, menggantikan kesejukan yang sedari tadi menerpa wajah sepanjang perjalanan dari kota Sungai Penuh melintasi Kayu Aro menuju Gunung Kerinci.

Membicarakan Kerinci sepertinya tak akan ada habisnya sebab kabupaten di ujung timur Provinsi Jambi ini merupakan magnet bagi wisatawan yang mengunjungi tanah ”Sepucuk Jambi Sembilan Lurah”. Kecantikan alam dan keunikan tradisi budayanya adalah suatu kombinasi yang dicari-cari pelancong. Bahkan, ada yang menyebut Kerinci sebagai sejumput surga di bumi Jambi.

Oleh karena itu, perjalanan tiga hari dua malam takkan cukup menjelajahi seluruh pesona Kerinci. Selain banyak pilihan, waktu dan jarak tempuh antarobyek berjauhan. ”Paling tidak butuh waktu seminggu di Kerinci agar bisa ke mana-mana dan puas menikmatinya,” ujar Pita (26), warga asal Kota Jambi, Minggu (3/1), yang akan pulang setelah berwisata di Kerinci.

Petualangan dimulai dari Gunung Kerinci, yaitu gunung setinggi 3.805 meter di atas permukaan laut yang menjadi pusat perhatian turis ke Jambi, terutama para penakluk gunung dan pencinta alam. Kesulitan medan pendakian menggoda untuk ditaklukkan dan kealamian vegetasi hutannya menarik untuk dinikmati.

Gunung berapi aktif yang sempat ditutup selama setahun (2008-2009) itu selalu masuk daftar pendaki untuk dinaiki menjelang pergantian tahun. Kelompok-kelompok kecil pencinta alam rela berjalan 6-8 jam untuk mencapai puncaknya. Seperti Ema (30), karyawati asal Kota Jambi, yang berniat mendaki bersama kawan-kawan lamanya menikmati nostalgia semasa mereka masih dalam satu ikatan kelompok pencinta alam di kampus.

”Tidak tahu masih kuat atau tidak, tetapi saya sudah ditunggu teman-teman di pos dua. Saya datang menyusul karena kemarin masih ada pekerjaan,” ujarnya sambil membawa tas carrier penuh bekal dan ransum.

Sebenarnya, tidak jauh dari Gunung Kerinci, sekitar 15 kilometer ke arah utara terdapat Gunung dan Danau Gunung Tujuh, yang konon didiami penduduk lokal yang kerdil yang dijuluki orang pendek oleh warga Kerinci. Dengan mengendarai motor, hanya butuh waktu 20 menit dari pos pendataan Gunung Kerinci ke pos pengawasan Danau Gunung Tujuh.

Tak ayal, beberapa pendaki Gunung Kerinci melanjutkan pendakiannya ke Gunung Tujuh dan berkemah di pinggir danaunya sebagai bonus perjalanan. Untuk mencapai Danau Gunung Tujuh butuh waktu dua hingga tiga jam dari pos pengawasan. Kondisi jalan yang landai memudahkan wisatawan, bukan pendaki, mencapainya. Di tengah danau ada pulau kecil yang bisa diakses Pemandangan indah matahari terbit pun layak diabadikan dengan kamera.

Jika tidak ingin berpetualang terlalu berat, menikmati pemandangan hamparan kebun teh Kajoe Aro seluas 3.020 hektar bisa menjadi alternatif. Di ketinggian 1.400-1.600 meter di atas permukaan laut inilah dihasilkan teh kering yang digemari keluarga Kerajaan Inggris. Lebih dari 80 persen teh dari perkebunan yang dikelola PT Perkebunan Nusantara VII ini diekspor ke Benua Eropa.

Masih di sekitar kaki Gunung Kerinci, terdapat air terjun Telun Berasap dan Taman Nasional Kerinci Seblat, yang sayang untuk dilewatkan. Adapun di sekitar kota Sungai Penuh ada dua obyek wisata, yaitu pemandian air panas Semurup dan Bukit Khayangan. Sayangnya, karena hari itu cuaca berkabut dan gerimis telah membasahi jaket yang kami kenakan, keindahan kaki Gunung Kerinci pun tak bisa diabadikan dengan apik.

Kearifan lokal

Tidak afdal rasanya jika ke Kerinci belum ke Danau Kerinci, sekitar 25 kilometer arah selatan kota Sungai Penuh. Danau seluas 4.600 hektar ini merupakan bekas kaldera pegunungan. Selain bersantai menikmati ketenangan danau, pengunjung bisa berkeliling dengan perahu dengan membayar Rp 10.000 per penumpang dan melihat aktivitas nelayan menangkap ikan.

Banyak cara yang mereka lakukan untuk mendapatkan ikan, seperti dengan tombak, memancing, atau menggunakan kotak-kotak jaring yang diletakkan di dasar danau. Semuanya masih tradisional dan manual. Ada pula yang membudidayakan ikan nila di tengah danau. ”Jika lagi beruntung, satu kotak jaring bisa menangkap 20 kilogram mujair,” ujar Toha (40), warga di sekitar danau.

Di sebelah timur Danau Kerinci, sekitar 30 kilometer, terdapat Desa Lempur yang dikelilingi danau-danau kecil. Dinas Pariwisata Kabupaten Kerinci dan Provinsi Jambi rencananya akan mengembangkan desa itu menjadi desa wisata, menawarkan keaslian kebiasaan hidup masyarakat lokalnya. Selain itu, ada Hutan Adat Ulu Air yang masih terjaga sampai sekarang.

Untuk keseniannya, salah satu yang memukau adalah tari Asiek Niti Mahligai asal Desa Siulak, yang termasuk tarian sakral, yang dulunya terkait ritual mengusir roh jahat pembawa wabah penyakit atau bencana. Seperti halnya tari kecak di Bali atau sintren di Cirebon, sebagian penarinya sengaja dirasuki roh-roh nenek moyang agar bisa kebal api, pecahan beling, atau senjata tajam.

Sebelum menari, para penarinya harus melakukan ritual mandi belimau atau mandi air jeruk limau di sungai. Penari yang semuanya perempuan masih dalam satu garis keturunan dan pertalian darah.

Umumnya masyarakat menuju Kerinci melalui jalur darat. Banyak yang bilang letak Kerinci sangat jauh dan butuh pengorbanan untuk sampai ke sana. Dari Kota Jambi jaraknya 420 kilometer, atau 10-12 jam jika tidak ada halangan. Sebab, jalan sepanjang Kota Jambi-Kerinci saat ini masih jelek. Banyak jalan berlubang dan rusak, terutama di Kabupaten Sarolangun dan Merangin.

Terkadang kerap terjadi tanah longsor di sejumlah desa perbatasan Kerinci-Merangin. Namun, itulah serunya tantangan menuju petualangan alam di Kerinci. Perjalanan bisa dilakukan menggunakan travel, Kota Jambi-Kerinci ongkosnya Rp 100.000 per orang. Akan tetapi, kini, per Januari 2010, Riau Airlines membuka rute baru, yakni Jambi-Kerinci, dua kali terbang dalam seminggu.

Menurut Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita) Jambi Ali R Siwon, dibukanya rute penerbangan Jambi-Kerinci akan memudahkan turis mengunjungi Kerinci. Tidak ada lagi keluhan turis kebosanan di perjalanan karena terlalu lama duduk di mobil dari Jambi menuju Kerinci. Tarifnya pun relatif terjangkau, berkisar Rp 300.000 per penumpang.

Transportasi

Masalah lain yang masih menjadi pekerjaan bersama pemerintah daerah dan biro perjalanan wisata adalah sarana transportasi di wilayah Kerinci. Meski ada angkutan desa (antarkecamatan), jumlahnya masih terbatas sehingga wisatawan lokal harus membawa kendaraan pribadi untuk memudahkan mobilisasinya. Demikian pula angkutan dari Bandara Depati Parbo Kerinci menuju kota Sungai Penuh masih terbatas.

Apabila masalah transportasi ini tidak diperhatikan, secara tak langsung akan memengaruhi tingkat kunjungan wisatawan ke Kerinci yang terus meningkat. Tahun 2005, jumlah wisatawan ke Kerinci 43.529 orang, sedangkan tahun 2008 mencapai 56.106 orang. Pertumbuhan wisatawannya berkisar 15 persen per tahun. ”Dari rumah teman saya di Danau Kerinci ke Kota menunggu mobil angkutannya sampai dua jam,” keluh Pita.

Soal biaya, tidak butuh biaya yang mahal untuk berlibur di Kerinci. Kisarannya Rp 3 juta per orang untuk berpetualang di sana selama empat hari tiga malam. Biaya itu belum termasuk belanja oleh-oleh yang khas Kerinci, seperti sirup kulit kayu manis, dodol kentang, atau kopi bubuk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com