Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Liarnya Komodo

Kompas.com - 10/12/2010, 04:02 WIB

Pemandangan hijau menghiasi Loh Buaya, Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo. Baru sesaat menikmati suasana, Yonas Ora (43), petugas Taman Nasional Komodo, mengingatkan supaya pengunjung tetap waspada terhadap ancaman gigitan komodo (Varanus komodoensis).

Berkunjung ke Taman Nasional Komodo (TNK) yang terletak di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, memang harus suka bertualang. Meski tampak malas, hewan purba komodo atau disebut oleh warga setempat ora tetap liar.

Kami melihat sendiri, meski mulanya sekawanan komodo tampak bermalas-malasan menghindari terik matahari, di bawah rumah panggung yang digunakan sebagai asrama para petugas hutan yang juga penjaga komodo, sekali satu hewan bergerak, lainnya akan mengikuti dengan cepat. Seorang perempuan setengah baya, yang datang bersama rombongan turis mancanegara, berteriak ketakutan dan menjauh melihat gerakan komodo itu.

Kasus gigitan terakhir menimpa seorang petugas kehutanan pada Februari 2010. Setahun sebelumnya, hal yang sama menimpa petugas lain. Dua-duanya harus diterbangkan ke Denpasar, Bali, untuk mendapat jahitan.

Sebanyak 200.000 warga tinggal di Kabupaten Manggarai Barat yang baru berumur 7 tahun setelah dimekarkan dari Kabupaten Manggarai. Sepanjang tahun 2009, 36.431 wisatawan berkunjung ke kawasan itu. Lebih dari 95 persen adalah wisatawan mancanegara yang didominasi wisatawan Eropa, seperti Belanda, Perancis, Jerman, dan Belgia. Total belanja wisatawan per tahun di daerah itu mencapai Rp 185 miliar.

Potensial

Kalau bicara potensi pariwisata, TNK ibarat emas. Keberadaan hewan purba komodo terbukti mudah mendapat perhatian dunia. Kawasan itu menyandang gelar sebagai ”a World Heritage Site and a Man and Biosphere Reserve” oleh UNESCO tahun 1986, hanya enam tahun sejak ditetapkan sebagai Taman Nasional Komodo.

Selain sebagai habitat asli komodo, kawasan TNK juga menjadi habitat sejumlah satwa lain yang khas, seperti burung gosong (Megapodius reinwardt), tikus rinca (Rattus rintjanus), dan rusa timor (Cervus timorensis).

Taman nasional itu terdiri dari daratan seluas 40.728 hektar dan perairan laut 132.572 hektar (data tahun 2008). Ada tiga pulau terbesar, yakni Pulau Komodo (33.937 hektar, populasi komodo diperkirakan 1.200 ekor), Pulau Rinca (19.627 hektar, populasi komodo diperkirakan 1.100 ekor), dan Pulau Padar (2.017 hektar, tak ada komodo). Selain itu, ada juga pulau kecil, Pulau Gili Motang, yang dihuni sekitar 100 komodo.

Kawasan TNK mencakup salah satu kawasan laut terkaya di dunia. Perairan seluas 1.214 kilometer persegi itu memiliki mangrove, gunung laut, dan teluk yang semi-tertutup. Kawasan dengan keanekaragaman tinggi itu dihuni lebih dari 1.000 spesies ikan, 260 spesies karang, dan 70 spesies bunga karang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Travel Update
Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Travel Update
Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Travel Tips
BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com