Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayo Ajak Anak Main Sains!

Kompas.com - 23/03/2011, 08:35 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

KOMPAS.com - Sains itu seru! Tak percaya? Datang saja ke Rumah Sains Ilma di Jl. TPU Parakan, Pamulang 2, Tangerang Selatan. Setiap Sabtu, Rumah Sains Ilma mengadakan eksperimen-eksperimen menarik yang akrab dengan kehidupan sehari-hari. Cocok untuk si kecil belajar sambil bermain.

Rumah Sains Ilma memiliki dua jenis program. Program pertama adalah untuk anak yang hanya ingin main sesekali saja. Jadi anak mengerjakan beberapa eksperimen dalam sekali kunjungan yaitu tersedia di hari Sabtu. Jika anak berminat percobaan yang lebih mendalam, Rumah Sains Ilma memiliki program yang terstruktur seperti klub sains.

Khusus untuk hari Sabtu, Anda bisa datang pada pukul 10.00-17.00. Karena keterbatasan fasilitator, tak ada salahnya sebelum datang Anda membuat perjanjian terlebih dahulu sebelumnya. Ada empat paket yang bisa dipilih. Paket pertama adalag Rocketry and Space. Di paket ini anak akan membuat roket letup, roket tenaga udara, roket air, dan lighting UFO.

Paket kedua dengan tema Joyful Noise berhubungan dengan bunyi. Si kecil akan belajar membuat terompet pawang gajah, tabung nyanyian, serangga, paper flute, dan straw flute. Di paket ketiga dengan tema Funtastic Science Toys, anak membuat magnetic dancing, clown, moving monkey, dan magnetic boat.

Paket keempat atau Sticky Stuff merupakan favorit anak TK atau kelas 1-2 SD. Di paket ini, anak membuat flubber, slime, dan bola karet instan. Masing-masing paket memiliki kisaran harga antara Rp 30.000 - Rp 40.000. "Tapi kalau ada anak yang maniak dan sudah pernah coba semua, kita bisa buatkan yang baru. Kalau yang terstruktur itu lebih baik, karena kita bangun fondasi sesungguhnya, membangun dasar mengenai ilmiah pada anak," kata Abdullah Muzi Marpaung, pengelola Rumah Sains Ilma.

Anak mulai dari yang duduk di kelas 1 SD bisa mengikuti paket eksperimen sekali kunjungan. Namun, menurut Muzi, sebenarnya sejak usia empat tahun pun bisa ikut eksperimen. "Asal anak bisa melakukan sendiri, tidak perlu banyak penjelasan ke anak. Karena usia empat tahun bukan saatnya mereka mendapatkan penjelasan ilmiah. Jadi tahap eksplorasi dulu, coba-coba dulu. Paling yang kita lakukan tanya ke dia tadi bikin apa. Jadi biarkan dia bercerita," jelasnya.

Hal terpenting, lanjut Muzi, adalah bagaimana si kecil memiliki memori yang menyenangkan tentang sains. Muzi menambahkan jika memori menyenangkan itu sudah melekat, niscaya akan menjadi bahan bakar saat ia mulai masuk sekolah dasar bahwa sains itu seru.

Setiap paket eksperimen membutuhkan sekitar dua jam untuk diselesaikan anak. Ada anak-anak yang ketagihan bereksperimen dan orang tua merasa bermanfaat, akhirnya datang setiap minggu untuk menyelesaikan keempat paket. "Tapi ada juga yang datang, nitip anaknya di sini. Ambil program keempat paket eksperimen. Si anak di sini dari pagi sampai sore," tutur Muzi.

Eksperimen apa yang selalu jadi favorit anak-anak? Menurut Muzi, anak-anak paling suka eksperimen yang menghasilkan ledakan, yang bisa terbang, dan yang campur-campur atau eksperimen yang berkotor-kotoran. "Eksperimen-eksperimen ini gak ada matinya. Tapi kita juga harus jelaskan gejala sains yang lain. Walau tidak seheboh itu," tuturnya.

Salah satu eksperimen sederhana untuk anak kelas 1-2 SD adalah gelas yang berbunyi. Anak akan membuatnya sendiri. Di bagian bawah gelas dilubangi dan diberi tali. Saat tali dibasahi dan tangan digesekan ke tali, suara nyaring terdengar. "Kita cobakan ke anak, gimana kalau gelasnya beda-beda, apa lebih nyaring atau gimana. Gelas kita variasikan bahannya, misalnya dari stereofoam atau dari karton, ada dampaknya gak? Sampai cara bolongin dieskplor juga. Anak-anak dibiarkan pikir kreatif bagaimana cara membolongi gelas. Walau di modul ada juga langkah yang disarankan," jelas Muzi.

Muzi juga memperagakan percobaan pompa tabung dari suntik. Percobaan ini cocok untuk anak kelas 6 SD. Mereka membuat pompa dari bahan-bahan bekas, seperti ban bekas sepeda dan botol minuman. Sebenarnya dari segi pembuatan mudah, namun agak rumit saat penjelasan sains.

Rumah Sains Ilma juga memiliki kit sulap dan eksperimen menggunakan bahan kimia. Eksperimen yang menarik adalah Terumbu Karang Instan. Anda mungkin pernah menonton film fiksi, saat si tokoh menyentuh air dan seketika semua mengkristal.

Nah, eksperimen ini menampilkan hal yang sama. Natrium asetat yang jenuh akan mengkristal jika bertemu yang kristal. Saat ditetes perlahan ke natrium asetat, maka akan memadat. "Ini aman walau agak panas, karena ini eksperimen eksotermis, reaksi yang mengeluarkan panas. Anak perlu hati-hati. Tapi sebenarnya tidak panas hanya hangat. Ini termasuk favorit anak-anak. Bahannya kita buat sendiri," ungkapnya.

Kendala terbesar di kala memaparkan eksperimen ke anak adalah saat sesi menjelaskan fenomena sains. "Ngapain sih cerita, gue kan mau main. Kadang anak begitu. Terutama pas isi lembar kegiatan. Kita kan inginnya tidak hanya menyenangkan, tapi juga efektif. Karena kegiatan praktikum sains di sekolah kurang cukup, jadi saat mereka melakukan eksperimen begitu excited. Jadi pas kita jelaskan ilmiah seringkali perlu ekstra usaha," kata Muzi.

Rumah Sains Ilma memiliki percobaan yang terbuat dari bahan sederhana sampai yang berbentuk rumit. "Ada juga peragaan-peragaan yang lebih good looking. Kami juga gunakan barang bekas. Jadi jangan dibuang sampah, misalnya gelas plastik bekas minum. Sampah lewatin dulu siklus untuk mencerdaskan otak. Kalau yang dibuat bagus bisa jadi pajangan. Harapan kita, peragaan sains bisa jadi pajangan. Ini bisa membentuk berpikir ilmiah jadi budaya kita," ujarnya.

Rumah Sains Ilma berdiri sejak 2003 oleh Muzi dan Eva, istrinya. Muzi mengaku semua bermula dari pengalaman pribadi. Ia sering bermain dengan sains bersama anak. "Konsepnya itu, kalau anak hanya belajar teori, itu omong kosong. Anak harus melakukan sendiri, melihat sendiri, mengalami sendiri," katanya.

Ia menuturkan selama ini ia selalu berbicara pada guru dan orang tua, bahwa suatu saat ilmu dan teknologi yang mulanya hanya imajinasi bisa saja terwujud. "Persoalannya ketika itu terjadi, Indonesia ada di mana. Apa kita jadi pembeli atau yang aktif jadi produsen," imbuhnya.

Ke depan, pihaknya akan membuat sebuah program perpaduan anak dan orang tua. Tetapi untuk saat ini, ada kit-kit eksperimen yang bisa dibeli dan dilakukan di rumah. "Daripada orang tua dan anak sibuk sendiri-sendiri, mereka bisa bersama-sama bikin eksperimen. Ada komunikasi yang terbentuk dan membangun kehangatan keluarga. Ini jadi alternatif seru-seruan di rumah tanpa biaya tinggi," ungkapnya.

Program menarik lainnya adalah Program Liburan Tematik. Program ini berlangsung saat liburan semester, yaitu pada tiap bulan Desember-Januari dan Juni-Juli. Liburan tematik ini dilengkapi acara makan siang dan juga kelas memasak dengan pendekatan ilmiah. Sehingga selesai bereksperimen, si kecil bisa makan camilan karyanya sendiri. Seperti liburan tematik sebelumnya, anak membuat akrobat kelereng dan lukisan ajaib.

Saat anak membuat lukisan dengan cairan ajaib, semula gambar tidak tampak. Namun dalam sekejap seperti sulap, gambar pun muncul. Ternyata cairan ajaib itu terbuat dari bumbu dapur yang biasa terdapat di dapur. Penasaran bumbu dapur apakah itu? Ajak anak Anda ke Rumah Sains Ilma untuk mengetahuinya. Rumah Sains Ilma juga mengadakan pelatihan untuk guru maupun datang langsung ke sekolah-sekolah untuk mensosialisasikan sains dengan pendekatan menyenangkan. Karena itu, percobaan sains yang dimiliki Rumah Sains Ilma mengacu pada kurikulum sekolah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com