Dalam hal ini, kata dia, jumlah kunjungan wisatawan mengalami kenaikan sekitar lima persen dari kondisi ketika terjadi peningkatan aktivitas Kawah Timbang yang turun 80 persen dari kondisi normal.
"Dalam kondisi normal, jumlah kunjungan rata-rata 300 orang per hari, kalau musim liburan bisa mencapai 1.000 orang per hari. Namun saat ada kejadian di Kawah Timbang, kunjungan turun hingga 80 persen dan sekarang sudah mulai naik sekitar lima persen jika dibanding saat terjadi penurunan," katanya.
Secara terpisah, Kepala Dinbudpar Banjarnegara Suyatno mengatakan, gelar budaya ruwatan anak berambut gimbal yang merupakan bagian dari kegiatan DCF 2011 diharapkan dapat memulihkan kepariwisataan Dataran Tinggi Dieng yang sempat mengalami kelesuan akibat peningkatan aktivitas Kawah Timbang.
"Kalau bisa pulih seperti dulu mungkin membutuhkan waktu yang lama, tidak bisa serta merta. Tapi paling tidak acara ini dapat menunjukkan bahwa Dieng aman untuk dikunjungi sehingga wisatawan akan berangsur-angsur datang," katanya.
Sementara itu, Direktur Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) Bakri mengatakan, gelaran DCF 2011 berpotensi menjadi ajang wisata internasional.
"Kegiatan ini bisa menjadi agenda wisata nasional dan berpotensi menjadi ajang wisata internasional. Namun demikian, pelaksanaannya masih perlu ditata lebih bagus lagi," katanya.
Oleh karena itu, menurut dia di sela-sela ruwatan anak berambut gimbal yang merupakan rangkaian kegiatan DCF 2011 di Kompleks Candi Arjuna Dataran Tinggi Dieng, Kemenbudpar berencana menyediakan alokasi anggaran untuk mendukung kegiatan tersebut.
"Selain itu, kegiatan DCF 2011 itu juga merupakan momentum kebangkitan pariwisata Dataran Tinggi Dieng pascapenurunan kunjungan akibat peningkatan aktivitas Kawah Timbang, Gunung Dieng," katanya.
Prosesi Ruwatan
Gelar budaya ruwatan dalam DCF 2011 ini diikuti tujuh anak berambut gimbal dari Kabupaten Wonosobo --Dataran Tinggi Dieng berada di Kabupaten Banjarnegara, Wonosobo, dan Batang-- karena anak-anak berambut gimbal dari wilayah Banjarnegara atau daerah lain yang memiliki garis keturunan dengan masyarakat Dataran Tinggi Dieng belum ada yang menghendaki diruwat.