Terkait upaya menghilangkan rambut gembel ini, Mbah Naryono mengatakan, hal itu dapat dilakukan dengan cara ruwatan, yakni ritual memotong rambut tersebut.
"Kalau dipotong sendiri tanpa melalui acara ruwatan, sang anak akan sakit dan rambut gembelnya akan kembali tumbuh, sehingga harus melalui acara ruwatan," katanya.
Menurut dia, anak-anak tersebut diyakini tidak akan berambut gembel lagi setelah menjalani ruwatan. "Saya dulunya juga berambut gembel," ujarnya.
Salah satu orang tua peserta ruwatan, Ahmad Zauhi mengatakan, anak perempuannya yang bernama Suibatul Asiamiah (5) mulai tumbuh rambut gimbalnya saat berusia tiga tahun.
"Sebelum tumbuh rambut gimbal, dia sering sakit-sakitan hingga kejang-kejang. Namun setelah sakitnya sembuh, rambutnya menjadi gimbal," katanya.
Menurut dia, anaknya berkeinginan rambut gimbalnya dipotong (diruwat, red.) dengan syarat dibelikan sepeda warna merah jambu.
Sementara itu ayah Fajar (3), Sardiyanto mengatakan, anaknya yang ikut ruwatan ini minta seekor "wedhus brengos" (kambing berjenggot, red.), sepasang ayam, dua ekor marmut, dan tempe "kemul" (sejenis mendoan, red.) sebanyak 100 buah.
Kendati demikian, tidak semua anak berambut gimbal mengikuti ruwatan tersebut karena mereka belum menginginkannya.
"Anak saya, Najati Lulu Asabila (3,5) belum mau diruwat. Dia memiliki rambut gimbal sejak usia 11 bulan yang diawali dengan sakit-sakitan," kata Aris (32), warga Desa Parikesit, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo.
Menurut dia, rambut gimbal yang dimiliki Lulu (nama panggilan anaknya, red.) ini kemungkinan faktor keturunan karena keluarga istrinya (ibunda Lulu, red.), Tri Utami (23) ada yang berambut gimbal.