Dalam keseharian, kata dia, anaknya tetap bermain seperti biasa bersama teman-temannya tanpa ada rasa malu karena memiliki rambut gimbal.
Akan tetapi ketika sedang emosi, katanya, Lulu tidak akan peduli dengan siapa pun. "Bahkan kalau emosinya sedang tinggi, rambut gimbalnya terlihat berdiri," katanya.
Saat ditanya mengenai keinginannya jika suatu saat mengikuti ruwatan, Lulu mengatakan, ingin ayam dan ikan kecil yang banyak. "Ayam kaliyan lunjar (ayam dan ikan kecil yang banyak, red.)," katanya.
Masyarakat Dataran Tinggi Dieng meyakini, apa yang diinginkan anak-anak berambut gimbal merupakan keinginan makhluk gaib yang mendampingi mereka sehingga harus dituruti.
Oleh karena itu, dalam prosesi ruwatan yang diawali dengan kirab budaya yang diberangkatkan dari halaman rumah Mbah Naryono di Desa Dieng Kulon menuju pelataran Candi Arjuna, terdapat pasukan pembawa sesaji, antara lain berupa tumpeng tujuh warna, jajan pasar, buah-buahan, dan "ingkung" ayam (sejenis ayam panggang tetapi direbus, red.) termasuk sejumlah ternak dan barang-barang yang diminta anak-anak berambut gimbal ini.
Sesampainya di depan Pendopo Soeharto Whitlam, perjalanan iring-iringan tersebut berpencar menjadi dua, pasukan pembawa sesaji langsung menuju pelataran Candi Arjuna, sedangkan ketujuh anak berambut gimbal yang biasa disebut sebagai "calon pengantin" ini dibawa orang tuanya menuju Sendang Maerakaca di Kompleks Sendang Sedayu untuk mengikuti prosesi "siram jamas" atau pemandian.
Anak-anak berambut gimbal yang mengenakan ikat kepala putih ini dimandikan oleh Mbah Naryono secara bergantian.
Usai dimandikan, mereka segera dibawa menuju pelataran Candi Arjuna untuk mengikuti prosesi pemotongan rambut gimbal yang juga dipimpin oleh Mbah Naryono.
Kendati demikian, pemotongan rambut gimbal tersebut tidak dilakukan Mbah Naryono melainkan oleh para pejabat Kabupaten Banjarnegara.
Selama prosesi pemotongan tersebut berlangsung, Mbah Naryono tampak duduk bersila sembari membaca mantra di depan anak-anak berambut gimbal yang menunggu giliran pemotongan rambut.
Usai prosesi ruwatan, potongan rambut gimbal tersebut selanjutnya akan dilarung ke Kali Tulis dan Telaga Warna yang bermuara di laut selatan Jawa Tengah.
Sementara berbagai makanan yang tersaji di pelataran Candi Arjuna, dimakan oleh anak-anak berambut gimbal yang telah diruwat dengan harapan memperoleh berkah dari ruwatan yang mereka ikuti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.