Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidup-Mati di Negeri Cincin Api

Kompas.com - 14/09/2011, 10:59 WIB

Sebelumnya, ahli ilmu alam dari Jerman, GE Rumphius, mencatat dalam bukunya, Amboina, 1675, tentang tsunami yang melanda Ambon pada 1674. Inilah salah satu catatan tertua tentang tsunami yang melanda Nusantara, yang menewaskan anak dan istri Rumphius serta ribuan orang, pada waktu itu.

Tersusun dari ribuan pulau, Indonesia dilingkari jalur gempa paling aktif di dunia, Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire), sekaligus dibelit jalur gempa teraktif nomor dua di dunia, Sabuk Alpide (Alpide Belt). Kondisi ini diperparah dengan tumbukan tiga lempeng benua, Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik dari timur.

Cincin Api Pasifik merupakan jalur gunung berapi dan garis tumbukan lempeng yang membentang 40.000 kilometer mulai dari pantai barat Amerika Selatan, berlanjut ke Amerika Utara, melingkar ke Kanada, Semenanjung Kamtschatka, Jepang, membuat simpul di Indonesia, lalu ke Selandia Baru, dan kepulauan di Pasifik Selatan. Sebanyak 90 persen gempa di Bumi, dan 80 persen di antaranya gempa terkuat, terjadi di jalur ini.

Adapun Sabuk Alpide, yaitu pegunungan dari Timor ke Nusa Tenggara, Jawa, Sumatera, lalu terus ke Himalaya, Mediterania, hingga Atlantik, menjadi tempat bagi 17 persen gempa di Bumi ini.

Diimpit dua jalur geofisika yang ekstrem, Indonesia adalah rumah bagi sejumlah bencana alam terkuat yang pernah terjadi di Bumi. Gempa dan tsunami yang melanda Aceh, 26 Desember 2004, merupakan salah satunya.

Gunung berapi yang memiliki letusan terdahsyat di Bumi juga ada di negeri ini. Gunung Tambora di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, yang meletus pada April 1815 telah mengguncang dunia. Aerosol asam sulfat yang dilontarkan ke atmosfer menciptakan tahun tanpa musim panas di Eropa, mengakibatkan bencana kelaparan, memicu wabah penyakit, dan kematian berskala global.

Letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda pada Agustus 1883 membangunkan dunia. Letusannya menciptakan tsunami hebat, dan Anak Krakatau yang tumbuh cepat dari dasar laut menjadi laboratorium alam paling lengkap yang mengajarkan suksesi ekologi bagi ilmuwan seluruh dunia.

Jauh sebelumnya, sekitar 74.000 tahun lalu, dunia mengenal letusan Gunung Toba di Sumatera Utara. Letusan gunung berapi raksasa (supervolcano) ini telah mengubah sejarah Bumi dan isinya. Kegelapan total menyelimuti Bumi bertahun-tahun, menyebabkan nenek moyang manusia modern (homo sapiens) nyaris punah. Periode gelap ini dikenal sebagai bottleneck dalam sejarah evolusi manusia.

Nyatanya, di atas Bumi yang paling bergolak ini, masyarakat tumbuh dan berkembang selama ribuan tahun. Indonesia menjadi negara yang penduduknya terbanyak tinggal dalam jangkauan gunung berapi.

Sebanyak 127 gunung berapi aktif terjalin melingkari Nusantara. Dari jumlah itu, 30 di antaranya ada di Pulau Jawa. Itu artinya sekitar 120 juta orang kini hidup dalam bayang-bayang letusan gunung berapi. Kedekatan warga dan lokasi gunung berapi telah terbukti fatal karena lebih dari 150.000 jiwa tewas akibat letusan gunung berapi di seluruh Nusantara dalam kurun waktu 500 tahun terakhir.

Baca selanjutnya: Harmoni ...

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

    Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

    Travel Update
    Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

    Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

    Travel Update
    Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

    Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

    Travel Update
    Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

    Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

    Jalan Jalan
    Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

    Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

    Jalan Jalan
    Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

    Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

    Travel Update
    Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

    Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

    Jalan Jalan
    YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

    YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

    Travel Update
    Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

    Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

    Jalan Jalan
    Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

    Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

    Jalan Jalan
    Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

    Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

    Travel Update
    Pendaki Penyulut 'Flare' di Gunung Andong Terancam Di-'blacklist' Seumur Hidup

    Pendaki Penyulut "Flare" di Gunung Andong Terancam Di-"blacklist" Seumur Hidup

    Travel Update
    10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

    10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

    Jalan Jalan
    Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

    Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

    Travel Tips
    Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

    Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

    Travel Update
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com