Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menapak Tilas di Bogor

Kompas.com - 08/11/2011, 16:22 WIB

MENGUNJUNGI lokasi wisata sejarah sambil olah tubuh dengan jalan kaki kerap dilakukan Komunitas Napak Tilas di Kota Bogor. Sejak 2010, hingga kini mereka sudah lima kali menggelar napak tilas di beberapa lokasi di Kota dan Kabupaten Bogor. Pesertanya mulai dari guru hingga siswa sekolah.

Pada 13 November mendatang, mereka akan napak tilas ke situs punden berundak di Gunung Salak.

”Kami biasanya selalu mengajak narasumber, bisa sejarawan lokal atau bahkan dosen arkeologi. Tujuannya supaya dapat cerita di balik lokasi yang kami datangi,” tutur Hendra M Astari, penggagas Komunitas Napak Tilas di Kota Bogor.

Honor narasumber biasanya dari urunan Rp 5.000-Rp 10.000 per peserta. Biasanya mereka menggunakan tema khusus sebagai benang merah napak tilas. Misalnya, pada napak tilas pertama, mereka memilih peninggalan kolonial.

Jadi, mereka menyusun rute Burgermeester (gedung Balaikota Bogor)-Postweg (Jalan Juanda)-Istana Bogor-Gereja Zebaoth-Bibliotheca Bogoriensis (Gedung Pustaka)-Kantor Pos Bogor-Gedung Saketre-Hotel Bellevue-Empang-Makam Raden Saleh. Dari satu titik ke titik lain mereka berjalan kaki karena satu titik ke titik lain berada di satu kawasan yang jaraknya beberapa puluh atau ratus meter.

Napak tilas ini jadi menarik jika ada benang merah dan peserta bisa menangkap kisah di balik tempat yang dikunjungi. Kendati begitu, kita bisa merancang sendiri trek napak tilas untuk ditempuh bersama keluarga atau sahabat.

Hendra sempat mengajak kami mendatangi bungker peninggalan Belanda di Lawanggintung, Kota Bogor. Lokasinya berada di atas bukit, tak jauh dari Stasiun Batu Tulis. Sekilas, dua bungker itu tak menarik karena berbentuk bulat dengan lubang senjata dan lubang masuk. Namun, dengan kisah bagaimana Belanda berupaya mempertahankan Bogor dari Jepang, lokasi itu baru mendapat makna, termasuk jalur Jakarta-Bogor-Sukabumi melalui kereta api. (GAL/NDY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com