Sejak tiga tahun yang lalu, ia terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Keguruan Bahasa Inggris, Universitas Siliwangi, Tasikmalaya. Tujuannya, memiliki metode pengajaran yang tepat dan mudah bagi masyarakat Kampung Naga.
”Saya terpaksa menghentikan pengajaran karena tidak ada lagi yang bisa mengajar, sementara saya harus kuliah dan tetap menjadi pemandu wisata. Namun, hingga kini masih ada yang bertanya tentang bahasa Inggris dan saya selalu siap berbagi ilmu,” katanya.
Selepas lulus, Ucu berjanji untuk menghidupkan kembali kursus bahasa Inggris dengan metode yang lebih baik. Ia yakin bahasa Inggris tidak hanya akan berguna ketika memandu tamu, tetapi dikembangkan ke berbagai sektor lain, terutama peningkatan ekonomi.
Kini beberapa warga bisa memasarkan barang kerajinan dan anyaman berbahan bambu khas Kampung Naga yang ternyata diminati konsumen dari Belanda. Penguasaan bahasa Inggris juga akan memudahkan warga untuk mencerna berbagai peristiwa yang terjadi tanpa harus melenceng dari aturan adat Kampung Naga.
”Kami percaya bahwa ilmu tidak akan merepotkan ketika dibawa ke mana-mana. Selain itu, kami juga yakin, semakin banyak ilmu