Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Keutuhan Adat Kampung Naga

Kompas.com - 09/12/2011, 04:03 WIB

Ucu yang saat itu duduk di bangku kelas II SMP mulai memikirkan bagaimana belajar bahasa Inggris dengan benar. Tahu bahwa materi pelajaran bahasa Inggris di sekolah tidak terlalu membantu, ia mencari alternatif lain. Salah satunya belajar lewat program belajar bahasa Inggris di radio asing, seperti ABC dan BBC. Ia juga menulis surat berbahasa Inggris pertamanya kepada ABC untuk memohon 12 buku panduan belajar. Permohonannya dikabulkan meski Ucu mengatakan tata bahasanya masih tidak sempurna.

”Lulus SMA, saya melanjutkan ke lembaga kursus bahasa di Garut dan Jakarta mengambil jurusan pariwisata. Saya biayai sendiri dari uang memandu wisatawan yang singgah ke Kampung Naga yang sudah dijalani sejak SMP,” katanya.

Sempat seminggu menjadi pemandu wisata di Jakarta, ia teringat pesan ayahnya. Ia memilih pulang dan menemukan kenyataan banyak wisatawan asing datang mengunjungi Kampung Naga. Keteguhan masyarakat adat Kampung Naga menjaga hutan, sumber air, dan hidup dalam kesederhanaan menjadi salah satu daya tariknya.

”Saat itu tidak ada pemandu wisatawan asli Kampung Naga yang bisa berbahasa Inggris. Semuanya hanya lulusan SD dan tidak pernah mendapat pelajaran bahasa Inggris. Mereka sempat kesulitan ketika harus menerangkan perihal adat istiadat kampung mereka,” katanya.

Mahir

Ucu tidak hanya berhenti dengan mengaku prihatin atas keadaan tersebut. Dia pun mengajak pemandu wisata asli Kampung Naga untuk belajar bahasa Inggris. Peminat untuk bergabung dan belajar bahasa Inggris ternyata sangat banyak. Pertemuan pertama diikuti 23 warga yang berprofesi sebagai pemandu wisata. Belakangan, ia juga menjadi ”guru” bagi 30 anak-anak Kampung Naga.

Untuk memudahkan pengajaran, Ucu fokus pada materi percakapan seputar pengenalan diri dan kawasan sekitar Kampung Naga, seperti rumah adat atau sawah organik. Pelajaran diberikan berpindah-pindah. Rumah pribadi Ucu, rumah warga lainnya, hingga Bale Ageung Kampung Naga.

Sesekali materi pelajaran langsung diberikan di lapangan, seperti sawah atau hutan. Setiap akhir bulan, setiap murid diuji untuk berdialog dan memaparkan kemampuannya bercerita dalam bahasa Inggris di depan murid lainnya.

Buah dari keseriusan mempelajari bahasa Inggris kini sudah terasa. Dari 21 pemandu wisata asli Kampung Naga, delapan orang sudah mahir berbahasa Inggris, sedangkan 12 pemandu lainnya masih harus terus belajar.

Akan tetapi, lanjut Ucu, kegiatan belajar terpusat di kelas terpaksa dihentikan tahun 2009. Untuk sementara, ia memperdalam teknik pengajaran bahasa Inggris di bangku perguruan tinggi.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com