Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri Masa Kejayaan Batik di Laweyan

Kompas.com - 20/12/2011, 16:02 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

Pada awal abad ke-20, menurut Sifa, batik diperdagangkan melalui Bandar Kabaran yang berada di Sungai Janes. Sungai ini terhubung dengan Sungai Bengawan Solo yang bermuara di pantai utara Jawa, sehingga menjadikannya sebagai jalur strategis untuk perdagangan pada masa itu.

Kini kita bisa melihat "pelabuhan" Bandar Kabaran, meski ukuran sungainya sudah menyempit dan dipenuhi sampah. Di pinggir sungai ini juga kini dibangin Instalasi Pengelolaan Air Limbah yang akan mengelola limbah pembuatan batik sehingga tidak mencemari lingkungan sekitarnya.

Arsitektur kuno

Keistimewaan rumah-rumah di kawasan ini adalah arsitektur bergaya indisch dan art deco dan umumnya memiliki pekarangan yang luas. Meski beberapa rumah sudah ada yang berubah fungsi menjadi hotel atau tempat pertemuan tetapi bentuk bangungan relatif dipertahankan.

Selain itu beberapa rumah juga memiliki arsitektur jawa lengkap dengan pendopo, patangaring, ndalem, dan sentong. Salah satu rumah yang masih dipertahankan bentuk aslinya adalah rumah keluarga Alpha yang bagian dalam rumahnya menjadi ruang pamer batik-batik ciptaannya.

Selain sebagai tempat tinggal, rumah-rumah di kawasan ini umumnya juga berfungsi sebagai tempat pembuatan batik. Karena itu jangan heran jika di balik tembok-tembok tinggi, tersembunyi kesibukan para pekerja yang mencanting, membuat cap pada kain, dan berbagai proses batik yang rumit lainnya.

Bunker

Kendati dikelilingi tembok tinggi namun para warga di kampung ini hidup dengan rukun dan saling mengenal. Pada masa lampau, cukup banyak rumah-rumah yang dilengkapi bunker yang saling menyambung dengan rumah tetangga.

"Guna bunker ini untuk menyimpan kekayaan dari para maling. Kalau ada apa-apa tinggal masuk ke dalam, bahkan bisa tembus ke tetangga," kata Harun Muryani, warga RT 02 di kelurahan Laweyan yang masih memiliki bunker.

Sayang sebagian besar bunker tersebut tak lagi berfungsi. Padahal, pada masa perjuangan kemerdekaan, bunker-bunker itu sering dipakai untuk menyembunyikan tentara yang melarikan diri dari tentara Belanda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com