Magelang, Kompas
Ketua Umum Yayasan Tri Bhakti Kota Magelang Paul Chandra Wesi Aji mengatakan, turut terlibatnya kesenian tradisional dalam perayaan Cap Go Meh sudah menjadi hal rutin terjadi setiap tahun.
”Keterlibatan kesenian tradisional dalam tradisi perayaan Cap Go Meh merupakan bukti nyata bahwa budaya Tionghoa dan budaya khas Jawa yang menjadi daerah tempat tinggal kami telah melebur satu sama lain sejak ratusan tahun lalu,” ujarnya, Senin (6/2).
Menurut dia, perpaduan
Perayaan Cap Go Meh tahun 2012 di Kota Magelang kali ini dimeriahkan oleh 14 kelompok kesenian, yang terdiri dari enam kelompok kesenian tradisional Jawa dan delapan kelompok kesenian Tionghoa. Empat belas kelompok kesenian yang terdiri dari 250 seniman ini melakukan kirab, berjalan mengelilingi kawasan Pecinan Kota Magelang sepanjang 3 kilometer.
Meleburnya budaya Tionghoa dan budaya Jawa antara lain terlihat dari atraksi naga yang terbuat dari daun, oleh masyarakat Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) dari Kecamatan Borobudur dan Kelompok Kesenian Saujana dari Dusun Keron, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang.
Umar Chusaeni, ketua KSBI, mengatakan, naga sengaja dibuat dari dedaunan karena daun dianggap dekat dengan unsur air dan sekaligus dengan tahun Imlek kali ini yang merupakan tahun naga air. Air dan daun atau tumbuhan menjadi simbol baik, perlambang kesuburan dan kemakmuran, yang diharapkan akan terus berlangsung di negara ini sepanjang tahun.