Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Padapu, Surga Kecil di Teluk Tomini

Kompas.com - 20/03/2012, 22:00 WIB

Tadinya tujuan kami adalah Tojo yang berjarak 76 km. Namun saat tiba di Tojo kami mendapat informasi soal Padapu yang masih 25 km di depan. Maka kami teruskan saja menggowes kesana.

Dusun itu sebenarnya hanya sekumpulan warung makan di pinggiran laut. Lingkungan yang asri membuatnya sangat layak  dijadikan tempat perhentian dalam perjalanan bersepeda menuju Ampana.

Rupanya, kenangan buruk akan kerusuhan juga masih membekas dalam benak Un Tengker, pemilik penginapan Sahabat di Padapu. Un yang kami panggil tante, kehilangan adik iparnya saat kerusuhan itu.

"Tapi semua so berlalu, toh. So tak ada lagi kerusuhan. Orang so sadar tak ada guna baku bunuh, hanya bikin orang ketakutan datang kemari," tutur tante Un yang masih segar bugar di usianya yang lanjut.

Apa yang dikatakan tante Un benar adanya. Selama beberapa hari di wilayah yang disebut-sebut masih rawan itu, tak ada kekhawatiran sama sekali soal keamanan atau kriminal jalanan. Yang ada hanya keindahan alam luar biasa dan keramahtamahan penduduknya yang melekat di hati kami. Sulit membayangkan ketenangan wilayah ini terkoyak begitu saja oleh kerusuhan sesaat.

Padapu masuk wilayah Kecamatan Podi, Kabupaten Tojo Una-una (Touna). Letaknya di teluk kecil yang kami capai setelah menyusuri jalan aspal mulus berpagar gunung karang tinggi dan laut dalam membiru Teluk Tomini.

Sebelum masuk Padapu, kami saksikan sisa-sisa kedahsyatan banjir besar Sungai Podi pada 2001. Banjir menimbulkan kerusakan besar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di Gunung Katopas. Endapan pasir tebal dan material dari gunung menutupi sisi jalan.

"Ada tiga danau alam di kaki gunung, salah satunya ambrol sehingga terjadi banjir. Kejadiannya siang hari, tidak ada korban tapi jalanan terputus dan baru tiga tahun kemudian diperbaiki," tutur Ronald Sumual, anak tante Un.

Suasana Padapu terasa tenteram. Serangga hutan bernyanyi sepanjang hari. Suaranya berpadu dengan riak ombak kecil memecah pantai berbatu bulat yang membentang di depan rumah. Iramanya harmonis sekali. Di samping rumah, mengalir sungai jernih yang airnya dingin.

Listrik dari genset hanya mengalir pukul 18.00-20.00 di penginapan sederhana bertarif Rp 50.000 semalam itu. Satu kamar bisa diisi sampai empat orang. Sekalipun ada tiang listrik berdiri dekat penginapan, aliran listrik lebih sering 'byar pet' sehingga para pemilik warung membeli genset sendiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com