Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumahku, Bentengku, Monumenku di Pelosok Negeri Tirai Bambu

Kompas.com - 12/09/2012, 09:45 WIB

Pada 1936, Li berhasil menyelesaikan pembangunan kompleks yang dilengkapi kanal, koridor, paviliun, jembatan, bahkan lorong rahasia. Kanal bermuara ke Sungai Tanjiang dan Laut China Selatan, jalur penyebaran perantau asal Kaiping ke penjuru dunia.

Kompleks taman itu pun ditinggalkan. Keluarga Li kembali ke AS untuk meneruskan bisnis. Pada 1970, Li wafat dan dimakamkan di AS. Untuk mengenang Li, sesosok patung perunggu diletakkan di depan diaolou dengan posisi sedang duduk sambil memegang kipas yang masih tertutup.

Pada 1999, istri ketiga, Yu Yao Qiong, datang ke Kaiping dan menyerahkan Taman Li untuk dikelola dan dipelihara oleh pemerintah selama 50 tahun sebagai objek wisata. Pada 2007, Taman Li termasuk dalam warisan budaya dunia di Kaiping yang ditetapkan oleh Unesco.

Berbeda dengan Jakarta

Di Jakarta, nasib Kota Tua jauh berbeda. Banyak bangunan yang tidak dikelola dan dibiarkan hancur. Padahal, tidak sedikit yang patut menjadi warisan dunia.

Kota Tua atau Batavia memang dibangun oleh Belanda tetapi jangan dibiarkan merana. Kota Tua dulu amat dibanggakan sebagai Ratu dari Timur. Namun, kini masih menjadi klaster bangunan tua yang reyot, renta, dan kurang perhatian.

Berbeda dengan Jakarta, di pedesaan Zili, Tangkou, Kaiping, diaolou yang dibangun oleh seorang pengusaha restoran yang amat sukses di Chicago, AS, 1821-1830, masih amat terawat.

Fang Run Wen menamai bangunan empat lantai itu mingshi, termasuk sembilan diaolou dan enam vila kolonial dengan rumah-rumah tradisional.

Kediaman Wen menonjol dengan arsitektur campuran Asia dan Eropa. Dinding beton dari Inggris, teralis baja dari Jerman, lantai marmer dari Italia, dan perabotan mewah Asia-Eropa.

Sejumlah terali baja dilengkapi dengan gembok sebagai jalan untuk menyelamatkan diri dari serangan. Di kiri dan kanan atas pintu masuk terdapat dua lubang kotak ukuran 5 sentimeter. Lubang itu untuk tempat menyembulkan pucuk senapan guna membunuh tamu yang dianggap membahayakan.

Berada di atap mingshi, hati puas menyaksikan segala penjuru terlihat diaolou (Anlu, Juan, Longsheng, Quianju, Yinong, Yunhua, Zhenan, dan Zhuling). Sekitar diaolou ada deretan rumah tua penduduk. Hingga kejauhan, terhampar sawah dengan padi menguning dan pematang tempat kerbau-kerbau, anak-anak, dan petani-petani melintas. Keindahan itulah yang mendorong sineas mandarin mengabadikan Zili dalam film Let The Bullet Fly dengan aktor utama Chow Yun Fat. (Ambrosius Harto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com