Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Rasa Bangga di Hotel Indonesia

Kompas.com - 23/09/2012, 03:17 WIB

Frans Sartono

Hotel Indonesia tahun ini berusia 50 tahun. Hotel yang diresmikan pada 5 Juli 1962 itu telah menjadi artefak yang menyimpan semangat zaman Indonesia yang digelorakan Bung Karno.

”Dipersembahkan kepada P.J.M Presiden Republik Indonesia/ Pemimpin Besar Revolusi Dr Ir Soekarno dan seluruh bangsa Indonesia jang tertjinta.”

Tulisan tersebut tertatah di kaki relief batu di areal pintu masuk utama Hotel Indonesia yang kini bernama Hotel Indonesia Kempinski. Ditulis dalam ejaan lama, PJM adalah singkatan dari Paduka Yang Mulia, gelar yang melekat pada nama Soekarno.

Relief memanjang 24 meter berjudul ”Kehidupan Masyarakat Bali” itu dikerjakan dalam rentang masa 20 Desember 1961–20 April 1964 oleh Sanggar Selabinangun, Yogyakarta. Tak kurang dari 27 artisan dan seniman terlibat pada proyek relief itu termasuk perancangnya seniman Harijadi S.

Relief itu merupakan bagian dari karya seni di Hotel Indonesia yang semuanya dibuat berdasarkan aspirasi seni Bung Karno. Tersebutlah antara lain mural ”Puspita Margasatwa” karya Lee Man Fong, mozaik ”Nusantara” garapan Gregorius Sidharta di Pavilion Ramayana & Lounge. Di eksterior pavilion ini ada mural ”Gadis-gadis Bhineka Tunggal Ika” karya Surono. Ada pula sejumlah patung karya seniman Trubus, Sulistyo, Saptoto, dan lainnya.

Di foyer atau ruang antara sebelum Bali Room, kita akan disambut oleh mural ”Puspita Margasatwa” garapan Lee Man Fong (1913–1988). Lukisan itu menjadi cara Bung Karno membanggakan Indonesia dari sisi margasatwa negeri ini. Binatang yang sebenarnya hidup di dunia terpisah itu disatukan dalam satu habitat. Gajah, banteng, merpati, elang, kuda, di bagian kanan dan kiri. Sementara di bagian tengah tampak beragam ikan.

Kritikus seni, Agus Dermawan T, menilai ”Puspita Margasatwa” sebagai karya yang perfek, manis, teknis, estetis, dan bebas dari paradigma gelora perjuangan Bung Karno. Karya tersebut menjadi ventilasi dari kesibukan revolusi.

Lee Man Fong adalah pelukis Istana masa 1961–1968. Dalam pengerjaan ”Puspita Margasatwa” ia dibantu oleh Lim Wasim, Siauw Swie Tjing, dan Lee Rern (anak Lee Man Fong.) Keterlibatan Bung Karno jelas kuat dalam lukisan tersebut. Seminggu sekali, Bung Karno menengok langsung pengerjaannya.

”Sebagai perancang utama, Lee Man Fong melukis di atas kertas. Master itu ditunjukkan ke Bung Karno. Lalu Bung Karno memberi koreksi untuk digarap lagi oleh Lee Man Fong,” kata Agus Dermawan yang sejak tahun 2009 menjadi Narasumber Ahli Koleksi Benda Seni Istana Presiden RI.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com