Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayo Bersepeda ke Ujung Kulon!

Kompas.com - 25/09/2012, 10:19 WIB

Dari alun-alun Pandeglang kami ambil jalan ke arah Saketi sampai pertigaan Mengger, sekitar 10 km di depan. Di pertigaan kami ambil jalan lurus menuju Mandalawangi.

Kalau belok kiri, jalan menuju Saketi melalui jalan raya lintas Saketi-Labuan. Kami coba jalur yang lebih kecil melintasi perbukitan Mandalawangi. Sepuluh kilometer kami mendaki jalan lurus dan berkelok-kelok yang aspalnya lumayan mulus. Asyiknya, jalan ini lalu lintasnya tak seramai jalur utama.

Selepas puncak tanjakan, jalan menurun curam dengan kelokan-kelokan tajam yang membuat kita harus waspada. Tanjakan terakhir, Cihideung lumayan terjal sepanjang dua kilometer. Kami lalu meluncur terus hingga pertigaan Jiput dan berbelok ke kiri ke arah Menes. Delapan kilometer kemudian kami masuk alun-alun Menes. Bangunan tua bekas kawedanan di salah satu sisinya kini dijadikan kantor kecamatan.

Cerita Budi soal Menes benar juga. Sepintas kami temui gadis atau pemuda dengan ciri khas blasteran berlalu di jalan. Kulit putih bersihnya agak berbeda dengan warna kulit khas orang Sunda. Kami tinggalkan Menes dan cerita tentangnya.

Jalan kecil bertemu kembali dengan jalan lintas Saketi-Labuan. Dari jalan raya kami berbelok ke arah Desa Pagelaran lalu mengambil jalan memotong lewat Kampung Ciomas, kampung halaman Gubernur Banten Ratu Atut Chosiah. Sebagian jalan beton yang lama sudah hancur total. Jalan kampung itu tembus ke ruas Labuan-Tanjung Lesung.

Saat istirahat makan siang di Cibungur, sudah 76 kilometer kami bersepeda. Sekalipun mudah menemukan warung makan, sebaiknya tetap membawa bekal makanan kecil di panniers untuk bertualang di kawasan Banten Selatan ini.

Kami terus berpacu sampai Tanjung Lesung. Angin kencang dari pantai mulai menerpa, memperlambat laju kayuhan. Jalan mulus baru diaspal ternyata hanya sampai di kawasan pantai wisata.

Dari Tanjung Lesung menuju Sumur sejauh 25 kilometer jalanan rusak berat berupa tanah, pasir, dan bebatuan. Sepeda besi kami terguncang hebat dan kecepatan tinggal 8-10 km/jam saja.

Jarak yang biasanya ditempuh satu jam bersepeda harus kami lalui selama 4,5 jam. Otot-otot lengan, kaki, perut, dan punggung bekerja keras meredam getaran. Batu-batu lepas membuat traksi ban tidak mantap sehingga kami harus konsentrasi dengan handlebar. Jalan seperti ini sangat menguras tenaga.

Entah sengaja atau tidak jalan ini dibiarkan rusak bertahun-tahun. "Katanya akan ada pengaspalan 17 km, tapi tidak kunjung dilaksanakan," kata bapak pemilik warung di Kampung Cikujang.

Dengan kondisi jalan seperti ini sulit mengharapkan kawasan kaya wisata pantai ini berkembang. Jalanan melalui kampung-kampung kecil lusuh berselimut debu.

Tertatih kami susuri kampung kecil macam Kali Caah, Karang Mengpeuk, Batu Hideung, Cikujang, Kacung, Kalapa Koneng, Cemara, sampai Sumur. Garis pantai sepanjang kawasan ini sampai ke TNUK sebenarnya dianugerahkan Tuhan dengan keindahan alami. Namun bagaimana bisa menjadi obyek wisata unggulan dengan akses jalan seburuk ini? Apakah memang disengaja seperti ini untuk melindungi keasrian TNUK? Alih-alih memperbaiki jalan ini, pemerintah malah mau membangun jalan membelah kawasan dengan dalih konservasi badak.

Baru pukul 19.30 kami tiba di Sumur, saat sebagian besar toko sudah tutup. Total kami menempuh jarak 123,20 kilometer dari Rangkasbitung.

Budi terlihat kelelahan namun hatinya senang. Dia lupa membawa alat pengukur kadar gula tubuh, tapi melihat raut muka, sorot mata, dan bahasa tubuh lainnya saya yakin dia baik-baik saja.

Sumur adalah ibu kota kecamatan yang lumayan ramai. Banyak penginapan murah karena tempat ini juga menjadi basis penyeberangan wisata ataupun memancing di perairan TNUK.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com