Karena yang pertama, tak berlebihan jika Koordinator MPPM Timur Mansur Hidayat menyebut museum itu sebagai museum termegah di Lumajang. ”Soalnya, tak ada lagi museum lainnya,” ujar Mansur, yang juga koordinator museum tersebut.
Bagi Mansur, meskipun sederhana dan kecil, museum itu sangat membanggakan warga Lumajang. Dalam kompetisi antarmuseum se-Jawa Timur, belum lama ini, museum itu masuk peringkat ketujuh dari 48 peserta lomba museum.
Pengunjung museum tercatat juga cukup cukup banyak. Setiap minggu, setidaknya ada 3-4 lembaga pendidikan yang berkunjung. Total, seminggu ada 300-an siswa yang berkunjung.
”Kami ingin ada pengakuan dari pemerintah bahwa wilayah Biting adalah daerah bersejarah dan harus dilestarikan. Kami juga ingin Lumajang memiliki kebanggaan tersendiri. Dengan museum ini, kami bisa bercerita kepada orang, Lumajang juga memiliki sejarah masa lalu yang luar biasa,” ujar Tumpuk Haryono, warga Dusun Biting.
Semangat yang dimiliki pemuda dan warga Desa Biting boleh diacungi jempol. Namun, mereka masih harus berpikir lagi bagaimana mencari dana untuk melanjutkan kontrakan museum yang akan habis Mei 2013. Mereka memang bertekad meneruskan keberadaan museum tersebut demi kebanggaan dan pengetahuan warga Lumajang.
Namun, sungguh elok jika Pemerintah Kabupaten Lumajang tak tinggal diam saja. Mereka tentu harus turun tangan, dan bukankah warga sudah memulainya?
Kepala Bagian Humas Pemkab Lumajang Edi Hozaini mengatakan, sebenarnya, pemkab sudah berpikir membuat museum daerah sejak tahun 2000-an. Tempat sudah disiapkan di sekitar alun-alun untuk dijadikan museum. Namun, belum juga jadi. ”Karena belum sempat terealisasi, sudah ada pergantian pimpinan sehingga sampai kini rencana itu belum juga bisa diwujudkan,” ujar Edi.
Saat ini, pemkab masih fokus mengembangkan pariwisata. Ia berharap, setelah itu, museum baru direalisasi. Tampaknya, warga Lumajang masih harus bersabar.