Ia menyodorkan lontong sayur dan ayam suwir berwarna merah yang bumbu dasarnya cin. Masakan itu sedap nian.
Contoh makanan hasil persilangan lainnya, lanjut Udaya, adalah kecap. ”Kecap yang di tanah leluhur itu asin, di Jawa mendapat tambahan gula merah sehingga rasanya jadi manis.”
Karena proses akulturasi makanan bersifat timbal balik, banyak unsur makanan asing yang diserap penduduk lokal. Di antara bahan makanan yang paling banyak diserap adalah bahan makanan yang dibawa atau dikembangkan pendatang Cina, seperti taoge, taoco, kecap, kacang tanah, caisim, lobak, lokio, tahu, kailan, lengkeng, leci, mihun, dan bihun (D Lombard, 2008). Dari bahan-bahan itu, tercipta menu-menu yang dianggap khas Betawi, seperti asinan betawi, soto mi, laksa, hingga bubur ase alias bubur asinan semur.
Dari imigran Hadramaut, orang Betawi mengenal nasi kebuli dan makanan-makanan mengandung minyak samin. Uniknya, nasi kebuli yang mereka bawa ke Jakarta telah bercampur dengan cita rasa India. Pasalnya, sebelum masuk ke Indonesia, banyak imigran Hadramaut yang lebih dulu tinggal dan berdagang di India. Di Jakarta, nasi kebuli itu ”menjadi Betawi” setelah ditaburi bawang goreng dan emping.
Makanan hasil peleburan budaya itu selanjutnya menjadi milik bersama seluruh masyarakat di Betawi. Di beberapa daerah di Jakarta, nasi kebuli menjadi hidangan wajib di perayaan-perayaan Maulid Nabi dan acara-acara pengajian. Sementara itu, pindang serani menjadi makanan sehari-hari orang Betawi.
Pertengahan Juni lalu ketika bertandang ke rumah Hadidjah Usman (62) di Srengseng, Jakarta Barat, kami disuguhi masakan yang awalnya dianggap ”milik” orang-orang keturunan Portugis hitam di Tugu, Jakarta Utara.
Nama serani yang disematkan pada pindang berwarna kuning itu berasal dari kata Nasrani. Orang-orang Tugu yang Nasrani itu biasanya membuat dan menghidangkan pindang itu pada saat Natal, Tahun Baru, dan Paskah. Hadidjah mengaku tidak tahu pasti asal-usul pindang serani. ”Pokoknya enak, ya, kami makan,” katanya.
”Meski kami orang keturunan, selera makannya mah sama aja sama orang Betawi lainnya. Paling sayur asem, nasi uduk, ama kerupuk. Kalau makanan Tionghoa seperti ikan ceng cuan mah kami masak kalau Imlek doang,” kata Tjoa dengan dialek Betawi pesisir.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan