Setelah berlayar sekitar 20 menit dari Gili Meno, kembali perahu dibuat oleng oleh gelombang begitu mendekati pantai Trawangan. Dibutuhkan kepiawaian nakhoda perahu untuk membawa perahunya ke pinggir pantai. Gelombang yang cukup besar membuat rombongan harus bersabar menjejakkan kaki di Trawangan.
Kesulitan untuk menepi bisa dimaklumi, karena di pantai Trawangan dipenuhi perahu. Nakhoda berupaya untuk mencari celah untuk sandar di antara perahu-perahu itu di tengah ombak yang terus bergelora. "Ini lagi musim ramai kunjungan wisatawan. Jadi kita agak sulit untuk bisa berlabuh di pantai," kata Surya.
Benar juga, Trawangan begitu ramai wisatawan. Bule-bule hilir mudik, wisatawan domestik ikut berbaur, cidomo dengan klakson khasnya juga tak kalah ramainya. Setiap restoran di Trawangan dipenuhi wisatawan untuk santap siang. Trawangan kini mulai ditata sebagai destinasi wisata kelas dunia. Penginapan mulai menjamur di sepanjang pantai timur. Kafe dan restoran turut berkembang seiring dengan mulai meningkatnya wisatawan yang datang.
Beragam aktivitas bisa diperoleh wisatawan di Trawangan. Kalau Anda ingin berkeliling pulau, sewalah sepeda dengan tarif Rp 20.000 hingga Rp 30.000. Atau menggunakan cidomo keliling pulau selama 45 menit dengan tarif Rp 125.000. Anda tidak perlu melakukan tawar menawar dengan kusir cidomo, karena tarif resmi sudah tertera. Kalau Anda suka snorkeling atau diving, tersedia instruktur diving di sini.
Tak terasa berlibur di Trawangan sepertinya begitu cepat. Idealnya menikmati suasana Trawangan butuh waktu sehari semalam. Siang hari ramai wisatawan beraktivitas, sedangkan malam hari, kafe-kafe di sepanjang pantai mulai "hidup". Trawangan sepertinya tak pernah tidur, baik siang ataupun malam. Wisatawan pun tak mau kehilangan waktu sedikit pun untuk mereguk keindahan Trawangan.