Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riwayat Pala di "Pulau Surga"

Kompas.com - 17/10/2013, 15:21 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber KOMPAS

Kendati Portugis yang pertama menguasai Maluku, Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC) yang diteruskan pemerintah kolonial Belanda lewat politik perdagangan rempah-rempah telah memberi pengalaman kolonialisme penuh penderitaan dan kekejaman paling dalam. Salah satunya peristiwa keji yang masih membekas di benak orang Banda.

Pada 18 Mei 1621, sebanyak 44 orang terpandang Banda dibantai atas perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jan Pieterszoon Coen. Ini aksi balas dendam berdarah yang dipicu pembunuhan terhadap pendahulunya Laksamana Verhoeven.

Desa di sekitar batu peringatan Parigi Rante yang menjadi tempat pembantaian tersebut dinamai Desa Kun, dari nama Coen. Di monumen itu ditulis, sekitar 6.600 orang dibunuh dan 789 orang diasingkan ke Batavia (Jakarta). Sementara 1.700 orang melarikan diri ke Banda Eli (Pulau Kei Besar) dan Pulau Seram. Hanya sisa sepertiga orang asli Banda di Pulau Neira.

Demi monopoli pala pula, Belanda rela menukar wilayah koloninya di Nieuw Amsterdam (kini New York) dengan Pulau Run yang dikuasai Inggris. Ironisnya, dalam Kepulauan Banda, Kolonialisme dan Akibatnya di Kepulauan Pala (1983), Willard A Hanna menyebutkan, VOC pula yang kemudian membakar puluhan ribu pohon pala di Pulau Lonthoir, Ai, dan Run supaya pulau-pulau itu tidak diminati bangsa Eropa lain.

Di buku yang sama, Reinier de Klerk, Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1777-1780), mencatat, pada 1756 pendapatan VOC dari penjualan pala dan fuli mencapai 1,8 juta gulden. Namun, akibat perilaku sembrono dan manajemen yang buruk dari para perkenier (pemilik kebun pala), pada permulaan abad ke-20 perdagangan rempah-rempah di Banda hanya menyumbang 20.000 gulden per tahun bagi Belanda.

Pesona Banda mulai meredup seiring keberhasilan penanaman pala di negara lain, seperti Sri Lanka, Zanzibar (Tanzania), India, dan Madagaskar. Di Nusantara, pala mulai ditanam di Sumatera dan Jawa.

Walau begitu, pala tetap jadi sumber pendapatan utama penduduk Banda. Di Desa Lonthoir, Pulau Banda Besar yang merupakan pusat perkebunan pala terbesar di Banda, seluruh warganya menggantungkan hidup dari pala.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com