Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengembangan Pariwisata Terkendala Infrastruktur

Kompas.com - 13/11/2013, 13:56 WIB

Dua hal tersebut masih menjadi kendala yang dihadapi jika grup hotel ini akan membuka cabang di wilayah Indonesia Timur. Sebab dari hitung-hitungan bisnis menuntut konsekuensi berupa biaya operasional yang lebih besar.

Tak heran jika Grup Santika baru punya satu hotel di Indonesia Timur, yakni di Ambon, Maluku, melalui Hotel Amaris. Sisanya sebanyak 55 hotel paling banyak tersebar di wilayah Indonesia Barat dan disusul di Indonesia Tengah.

Meski begitu Vivi tak menyangkal potensi bisnis di Indonesia Timur sangat menggiurkan. Salah satunya di Raja Ampat, Papua. “Banyak pula investor yang menawarkan kerja sama untuk membangun hotel tetapi kami masih harus survei lebih dalam lagi,” kata dia.

Tak cuma pengusaha perhotelan yang mencium daya tarik bisnis di Timur. Maskapai penerbangan pun bilang begitu. Namun lagi-lagi ketersediaan infrastruktur juga berefek bagi bisnis penerbangan.

Public Relations Manager Tigerair Mandala, Lucas Suryanata, mengakui jika fenomena harga tiket murah atawa low cost carier yang menjadi tren di industri penerbangan masa kini, hampir mustahil untuk diterapkan pada rute-rute perjalanan ke Indonesia Timur.

Dalam hitung-hitungan bisnis yang sederhana, selain harga bahan bakar berupa avtur, harga jual tiket juga dipengaruhi oleh panjang rute, musim atau momen dan berapa banyak frekuensi penerbangan. Dari sisi frekuensi, semakin banyak frekuensi penerbangan maka semakin terbuka jalan bagi maskapai untuk memberikan harga ekonomis. Sebab, toh, ada kalanya sang maskapai penerbangan membebankan harga tiket normal atau malah harga tiket lebih mahal tatkala musim ramai atau peak season misalnya.

Fleksibilitas untuk menentukan harga tersebut sulit dilakukan di Indonesia Timur karena frekuensi penerbangan ke sana tak banyak. Alhasil, harga tiket ke kawasan timur Indonesia dari Jakarta lebih mahal daripada ke Singapura.

Mencoba menjawab kendala infrastruktur tersebut, Emirsyah Satar, Direktur Utama Garuda Indonesia, bilang, maskapai akan mengoperasikan armada pesawat bermesin turbo prop atau menggunakan balingbaling. Ini pesawat kecil dengan jumlah penumpang maksimal 70 orang saja. “Pesawat turbo prop bisa mendarat di landasan pendek jadi kami juga tak perlu mengeluarkan investasi besar untuk membangun infrastrukturnya,” ujar Emirsyah.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Feri di pelabuhan Lembar, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Feri melayani penumpang untuk rute Lembar (Lombok) dan Padangbai (Bali).
Daerah-daerah tujuan wisata menarik di Indonesia Tengah dan Indonesia Timur pun menjadi incaran Garuda Indonesia seperti Pulau Komodo di NTB, Labuhan Bajo di NTT, Ambon dan Raja Ampat. Sebagai langkah awal, per Desember mendatang maskapai ini akan membuka rute penerbangan dengan pesawat turbo prop dari Bali ke Pulau Komodo.

Promosi sendiri

Selain kendala infrastruktur, baik para pelancong maupun pelaku bisnis mengaku wisata Indonesia terkendala dari sisi sistem informasi. Khusus bagi sektor perhotelan, ada kendala tambahan berupa kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas.

Lantaran minim informasi ini, para pelaku bisnis lantas melakukan promosi secara mandiri karena tak ada atau tak sering mendapat tawaran kerjasama promosi baik dari Kemenparekraf atau dari pemerintah daerah. Tigerair Mandala memilih mempromosikan Surabaya, Medan, Bunaken, dan Bromo. Sasaran promosi adalah para wisatawan di Singapura, Hong Kong, dan China, sesuai dengan rute perjalanan maskapai ini.

Sementara Grup Santika yang mengaku kerap ikut travel mart atau ajang promosi tempat wisata yang diselenggarakan di luar negeri, memilih menjual keindahan Medan, Yogyakarta dan Semarang. Turis yang mereka sasar adalah wisatawan Eropa, Jepang, dan Australia. “Karena memiliki kedekatan sejarah, biasanya turis dari Belanda senang melihat bangunan-bangunan kuno di Semarang,” ujar Vivi.

Grup Santika cuma bisa mematok target hunian sama dengan tahun lalu yakni 75 persen. Namun Vivi berkilah ini lebih karena kue bisnis yang terbagi ke jumlah hotel yang makin banyak saban tahun.

Sementara Tigerair Mandala optimistis menjaring 2,1 juta penumpang hingga akhir 2013. Alias meningkat 425 persen dibanding 2012. Eits, tapi lonjakan ini lebih disebabkan karena penambahan jumlah pesawat dari semula empat menjadi 10 pesawat. Plus jumlah penerbangan yang sampai 52 kali sehari.

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO Pengukir dari Distrik Atsj, Kabupaten Asmat, Papua, menyelesaikan pekerjaannya untuk diikutsertakan dalam seleksi Pesta Budaya Asmat.
Potret serupa juga terjadi di bisnis kerajinan. Ambar Tjahyono, Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) memperkirakan omzet dari penjualan kerajinan yang dibeli turis di dalam negeri masih kecil yakni 50 juta dollar AS saja per tahun. Bandingkan dengan omzet ekspor barang kerajinan ke luar negeri yang sudah mencapai 750 juta dollar AS per tahun.

Pertumbuhan omzet pengrajin kelas IKM ini tak atraktif. Omzet mereka pun terkadang masih harus dicuil berupa komisi kepada pemandu wisata. “Jika pemerintah mau menggalakkan wisata industri dengan mengunjungi pusat-pusat home industry, nasib pengrajin akan jauh lebih baik,” kata Ambar.

Selain pembenahan infrastruktur, promosi terintegrasi memang perlu dilakukan berbagai pihak. Supaya slogan Wonderful Indonesia bisa mendatangkan wonderful return bagi negara ini secara umum! (Umar Idris/Anastasia Lilin Y)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Tiket Masuk Balong Geulis Cibugel Sumedang

Harga Tiket Masuk Balong Geulis Cibugel Sumedang

Jalan Jalan
Tips Menuju ke Balong Geulis, Disuguhi Pemandangan Indah

Tips Menuju ke Balong Geulis, Disuguhi Pemandangan Indah

Travel Update
Serunya Wisata Kolam Renang di Balong Geulis Sumedang

Serunya Wisata Kolam Renang di Balong Geulis Sumedang

Jalan Jalan
Nekat Sulut 'Flare' atau Kembang Api di Gunung Andong, Ini Sanksinya

Nekat Sulut "Flare" atau Kembang Api di Gunung Andong, Ini Sanksinya

Travel Update
Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Travel Update
Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Travel Update
Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Jalan Jalan
Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Travel Update
Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Jalan Jalan
YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Jalan Jalan
Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Jalan Jalan
Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com