Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berdoa, Bersantap, Berbahagia

Kompas.com - 25/01/2014, 18:08 WIB
SEPEKAN lagi, kelenteng-kelenteng di pelosok negeri akan dipenuhi umat yang berdoa menyambut Tahun Baru China dan berharap kebaikan menyelimuti sepanjang tahun. Masyarakat keturunan Tionghoa merayakannya bersama keluarga, saling berbagi dan menyemangati sebagai wujud harmoni dan kasih.

Pergantian tahun yang di Indonesia biasa disebut Imlek itu sudah sejak berabad silam tak hanya dirayakan di daratan China. Tidak heran karena diyakini jumlah orang Tionghoa dan keturunannya mencapai seperlima populasi dunia. Komunitas Tionghoa ditemukan nyaris di setiap kota di semua negara di dunia.

Di Jakarta, suasana menjelang Imlek telah terasa sejak awal Januari. Meskipun mungkin karena bencana banjir yang masih melanda Ibu Kota dan sekitarnya, Imlek tahun ini tidak semeriah biasanya.

Di Kota Tua, Jakarta Barat, belum terlihat geliat menyambut Imlek. Tidak ada hiasan khusus yang meriah di kawasan pecinan itu. Begitu juga di Pluit, Jakarta Utara. Deretan lampion merah hanya ditemukan di dalam kelenteng yang cukup banyak di daerah tersebut.

Namun, pusat-pusat perbelanjaan dan hotel di Jakarta mulai genit bersolek. Lampion, tatanan hiasan bunga, sampai tulisan ucapan Gong Xi Fat Chai menyambut pengunjung.

Di kompleks gedung Green Central City, Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat, ada bangunan bersejarah Candra Naya yang banyak dikunjungi wisatawan, terlebih mendekati Imlek. Lampion-lampion sudah terpasang di bangunan kuno yang terawat baik itu. Di dalamnya terdapat sederet koleksi yang bebas dinikmati gratis oleh pengunjung.

Uniknya, ada kaligrafi kanji berisi kata-kata bijak China lengkap dengan terjemahannya. Di bagian belakang terdapat kolam ikan koi dan air mancur. Ada beberapa kursi untuk sekadar melepas lelah dan menikmati pemandangan indah itu.

Bangunan tersebut didirikan tahun 1946 sebagai tempat perkumpulan masyarakat Tionghoa dengan nama Sin Ming Hui.

Selain untuk keperluan perkumpulan, bangunan juga dipakai untuk pelayanan kesehatan dan pendidikan. Dalam perkembangannya, Sin Ming Hui juga dipakai sebagai Kantor Kedutaan Besar Republik Rakyat China dan pada tahun 1965, berganti nama menjadi Candra Naya.

Di sekitar Candra Naya, selain hotel, ada juga sejumlah tempat makan. Salah satunya yang cukup memikat adalah Kopi Oey Candra Naya. Interior Kopi Oey membawa kita ke suasana Batavia tempo dulu. Sederet menu campuran Belanda, Melayu, dan China tersedia di sini. Duduk di meja kursi di emperan bangunan kuno Candra Naya seraya menyantap hidangan Kopi Oey rasanya mantap sekali.

Meja bundar

Seusai berdoa di kelenteng atau wihara, mereka yang merayakan Imlek biasa melewatkan malam jelang pergantian tahun dengan makan bersama.

”Dulu mungkin perayaan Imlek dengan masak dan makan bersama di rumah. Sekarang, banyak mengalihkannya dengan makan di restoran atau hotel. Yang pasti, tetap bersama keluarga,” kata Manajer Marketing Restoran Furama Nila Yuliana, Kamis (23/1/2014).

Restoran Furama di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat, merombak tatanan mejanya khusus di hari Kamis (30/1/2014) dari pukul 18.00 hingga malam. Semua meja dari lantai satu hingga lantai tiga berbentuk bundar.

Rika, dari Humas Wihara Nimmala Boen San Bio, salah satu wihara tertua di Kota Tangerang, Banten, mengatakan, meja bundar selalu dihadirkan setiap malam dan pada perayaan Imlek. Meja bundar itu melambangkan persaudaraan dan kekeluargaan yang sangat erat.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com