Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sehari di Tanah Raja Surgawi

Kompas.com - 17/03/2014, 17:41 WIB

Erong dan peti mati dalam bentuk yang lebih modern juga banyak ditemukan di dalam goa. Peti-peti mati berukuran kecil berada lebih dekat dengan mulut goa, beberapa tengkorak berukuran kecil tergeletak di dekatnya.

Berjalan lebih ke dalam goa peti-peti mati berukuran besar tertumpuk sembarangan. Beberapa peti telah rusak sehingga tengkorak pun terlihat.

Sepasang turis Perancis tampak seksama mendengarkan penjelasan pemandu sambil menikmati pemandangan unik di dalam goa. Meski sedikit kesulitan melewati bagian goa yang berlangit-langit rendah, eksplorasi mereka di dalam goa berlanjut.

Erong atau peti-peti mati diletakkan di goa-goa yang berada di tebing bukit kapur berketinggian lebih dari 20 meter itu. Perlu orang berketerampilan khusus untuk membawa peti mati ke bagian tebing yang curam tersebut.

Menurut Edy, warga Kesu, peti mati akan diturunkan dari atas bukit dengan tali ke tebing, atau ditarik ke atas dengan tali, kemudian dimasukkan ke dalam goa-goa yang ada di tebing bukit kapur yang terjal itu.

Cara penguburan yang tidak jauh berbeda juga dilakukan di bukit kapur di belakang Desa Kete Kesu. Di sanalah para leluhur dari Kete Kesu dimakamkan. Cara sedikit berbeda dilakukan di Kuburan Batu Lemo yang terletak di Poros Makale. Di sana, tebing tinggi dilubangi agar peti-peti mati dapat diletakkan di dalamnya.

Dataran Tinggi Toraja

Selesai melihat pekuburan di Goa Alam Londa, perjalanan bisa dilanjutkan ke dataran yang lebih tinggi, Batutumonga. Perkampungan khas Toraja dengan rumah-rumah Tongkonan berusia tua hingga baru berselang-seling dengan hamparan sawah selama perjalanan mendaki ke lereng Gunung Sesean yang tingginya sekitar 2.100 mdpl hingga tiba di Batutumonga.

Siapa saja yang beruntung telah menjejakkan kaki hingga ke Batutumonga pasti mengakui keindahan alam Tana Toraja. Perjalanan ke tanah raja-raja surgawi ini baru terasa lengkap setelah melihat sendiri keindahan bentang alamnya.

Alida Petronella van de Loosdrecht-Sizoo, istri Antonie Aris van de Loosdrecht -- misionaris pertama yang tiba di Toraja sekitar 100 tahun lalu -- menyebut negeri raja-raja surgawi ini hampir seindah Swiss.

Rangkaian bukit kapur dengan latar belakang pegunungan lebih tinggi yang puncak-puncaknya tertutup awan begitu memukau hati. Sementara teras siring persawahan yang menutupi sebagian besar lereng Gunung Sesean mengingatkan pada indahnya Tegalalang di Ubud, Bali.

Hanya kubur-kubur batu di sepanjang jalan di lereng Gunung Sesean, seperti Kubur Batu Loko Mata, yang membedakannya dengan teras siring Bali.

Batutumonga juga punya banyak tongkonan tua. "Malah sepertinya lebih tua dari yang di Kete Kesu," ujar Edy, tukang ojek yang hari itu merangkap menjadi pemandu wisata.

DOK INDONESIA.TRAVEL Desa Kete Kesu di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Menurut dia, setiap keluarga Toraja harus membangun Tongkonan lengkap dengan Alang. Karena berbeda dengan rumah-rumah tradisional di daerah lain, rumah tradisional ini tidak pernah akan punah selama orang Toraja masih ada.

Saat waktu makan siang tiba, perut bisa diisi di restoran atau warung-warung makan sambil menikmati keindahan bentang alam Tana Toraja di Batutumonga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com