Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Ritual "Lal Belis" di Nualain

Kompas.com - 05/05/2014, 16:49 WIB
SEPERTI ume leu Tes di Kabupaten Timor Tengah Utara, kampung tua Nualain di Kecamatan Lamaknen Selatan pun berada di sekitar tapal batas. Bedanya, Nualain berada di sebelah timur Kabupaten Belu yang berbatasan dengan wilayah utama ujung barat negara Timor Leste.

Nualain adalah satu dari sejumlah kampung tua di Belu. Posisinya sekitar 80 kilometer arah selatan Atambua (kota Kabupaten Belu), Nusa Tenggara Timur.

Bepergian dari Atambua hingga puncak bukit Nualain melintasi jaringan jalan beraspal mulus hingga sejauh 65 kilometer atau berujung di Welulik. Lalu, menerobos medan berat. Sebagian jaringan jalannya masih berupa jalan tanah dan sisanya pengerasan. Jika bepergian selama musim hujan, kondisi fisik harus fit dan mobil yang digunakan bergardan ganda karena harus menerobos medan berlumpur, licin, dan sempit.

Seperti kampung tua lainnya, Nualain tumbuh di antara bongkahan batu di puncak bukit. Sekitar tujuh rumah berarsitektur unik dan beratap ilalang kondisinya masih asli.

Di puncak kampung tumbuh kokoh, anggun, dan terjaga pohon berusia tua bernama pur atau sebangsa beringin. Di sekitarnya tetap bertahan setidaknya tiga mazbah dari susunan batu berusia sangat tua sebagai tempat sesajen bagi leluhur. Bagi mereka yang memiliki kepekaan tajam, berada di tempat itu pasti merasakan aura magis atau suluk dari mazbah yang dipadukan keteduhan dan keanggunan pur tersebut.

Tetua Nualain, Antonius Mau (52), mengakui, berada di puncak kampung tua itu tidak jarang mendapat tanda sebagai isyarat akan terjadi sesuatu yang menimpa warga lingkungan keluarga. Salah satu contohnya adalah tanda khusus adanya anggota keluarga yang akan meninggal. ”Tandanya berupa suara panggilan atau lemparan kerikil ke arah atap rumah. Biasanya hanya sekali atau tidak berulang,” kata Antonius Mau di Nualain, pekan ketiga Maret.

Tetua lainnya, Yoseph Mau (57), mengisahkan, Nualain adalah bekas istana Kerajaan Nualain. Raja terakhir, Melkhior Asa Tuan, yang meninggal dalam usia 66 tahun pada 31 Desember 1997, jenazahnya dimakamkan di atas gundukan batu di depan rumah raja. ”Dia raja terakhir yang sangat dihormati dan disegani di Lamaknen, bahkan di Belu,” kenang Mau.

Terbakar

Nualain, yang kini menjadi situs budaya Belu, aslinya didukung 32 rumah, mulai dari rumah raja yang disebut gamal mone sogho. Lainnya, kediaman wakil raja atau gamal mone walu dan kediaman panglima perang yang disebut gamal subha. Masing-masing dengan perangkat pendukungnya, dengan kediaman khusus.

Warga ahli warisnya setiap tahun menggelar berbagai ritual. Misalnya, tuwi lai, ritual khusus menjelang musim tanam jagung dan padi. Ritual itu ditandai kegiatan berburu babi hutan yang melibatkan hampir seluruh warga kampung.

Hasil tangkapan diarak hingga arena khusus pementasan di depan mazbah di puncak kampung Nualain. Perarakan dimeriahkan dengan musik suling. Selain itu, keluarga juga tetap setia menggelar paol son, ritual penyerahan jagung terbaik ke rumah adat. Ritual yang juga menandai persembahan sebagai pernyataan rasa syukur kepada leluhur, lazimnya disemarakkan melalui tarian khusus.

Seperti diakui sejumlah tetua, rumpun keluarga pendukung rumah adat Nualain sebagian menyebar di sejumlah perkampungan di Lamaknen dan sekitarnya. Sebagian lainnya di wilayah Timor Leste. ”Saat ritual adat utama atau kedukaan, perwakilan keluarga dari Timor Leste pasti hadir,” kata tetua lain, Viktor A Lesu, yang tiga dari enam anaknya kini menetap di Timor Leste.

Lima tahun lalu, petaka kebakaran menimpa perkampungan adat Nualain. Api melalap bangunan dari kayu dan beratap ilalang itu. Upaya warga memadamkan api hanya berhasil menyelamatkan dua rumah.

Setelah itu, Pemda Belu pada 2010 membangun kembali lima unit, termasuk bekas rumah rajanya. Itu berarti, perkampungan tua Nualain kini memiliki tujuh rumah adat atau masih kekurangan setidaknya 25 unit dari seharusnya.

Membangun kembali rumah adat membutuhkan biaya tidak sedikit. Setiap unitnya membutuhkan sedikitnya Rp 60 juta. ”Membangun kembali seluruh rumah adat itu tentu sulit kalau berharap dari kemampuan kami. Kami tetap mengharapkan perhatian dan dukungan pemerintah untuk merampungkan pembangunan kembali rumah adat tersisa meski bertahap,” tutur Yosep Mau, yang juga Ketua Dusun Nualain.

Entah kapan rumah adat dapat dibangun kembali. Karena itu pula belum bisa dipastikan kapan akan digelar lal belis atau dahur uma lulik, yakni ritual yang menandai pemanfaatan kembali rumah adat tersebut.

Sekadar diketahui, kawasan Lamaknen dan sekitarnya sehari-hari menggunakan dua bahasa ibu, yakni marae dan tetun. ”Kalau lal belis itu bahasa marae, sedangkan dahur uma lulik dari bahasa tetun. Dua istilah bermakna sama,” kata Romo Maxi Un Bria Pr, rohaniwan Katolik asal Belu.

Ritual lal belis atau dahur uma lulik dipastikan akan dihadiri seluruh rumpun keluarga Nualain. Rumpun keluarga itu terutama menyebar di tapal batas wilayah NTT di Lamaknen dan sekitarnya juga di sekitar tapal batas wilayah Timor Leste.

Rritual itu sangat dinantikan. Selain menyaksikan lagi kampung adat, ritual itu juga sebagai kesempatan reuni dengan keluarga dari Timor Leste. (Frans Sarong)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Travel Update
Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Travel Update
Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Travel Tips
BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

Travel Update
Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com