Lambaian tangan Chaplin disambut puluhan orang yang sudah menunggunya di Stasiun Garut Kota. Di stasiun yang kini mati suri itu, tubuh kecil Liem Boen San ikut merangsek maju berdesakan bersama warga lain yang penasaran. Iring-iringan itu terus mengekor 200-300 meter di belakang Chaplin. Antusiasme warga baru reda saat Chaplin dibawa pergi menuju Hotel Grand Ngamplang.
Hotel Grand Ngamplang adalah salah satu bukti bahwa Garut sudah menjadi idola wisatawan tempo dulu. Bersama Hotel Papandayan, Villa Dolce, Hotel Belvedere, Hotel Van Hengel, Hotel Bagendit, Villa Pautine, keberadaan Grand Ngamplang membuat Garut dikenal sebagai pionir resor wisata Hindia Belanda.
Dari Ngamplang yang berada di ketinggian 630 meter di atas permukaan laut, orang bisa melihat kemegahan Gunung Papandayan, Guntur, Cikuray, dan Karacak. Mungkin, pemandangan itu mengingatkan Chaplin pada tempat tinggalnya di Desa Corsier-sur-Vevey, Swiss.
”Di hotel itu diduga kuat julukan Switzerland van Java tercetus pertama kalinya. Namun, sayang tidak banyak jejak Chaplin yang bisa dilihat di Ngamplang,” kata Franz yang berprofesi sebagai pegiat wisata Garut.
Akan tetapi, jauh sebelum itu, karya Thilly kemungkinan besar yang mengundang Chaplin datang ke Garut. Thilly gemar mengabadikan pemandangan dan budaya Garut yang kemudian dipasang sebagai kartu pos yang dikirimkan ke beberapa negara. Bukan tidak mungkin, Chaplin datang setelah melihat Garut dari kartu pos Thilly.
”Thilly tidak sendiri. Sebagai daerah andalan wisata, profesi fotografer subur di Garut. Salah seorang di antaranya adalah Yo Liang Kie yang mengaku mengabadikan peristiwa di Garut, termasuk kedatangan Chaplin. Namun, entah terselip di mana foto jepretannya,” kata Franz.
Si Gombar
Stasiun Cibatu dulu memang menjadi perhentian wisatawan yang hendak pelesiran ke Garut. Haryoto Kunto dalam buku Seabad Grand Hotel Preanger 1897-1997 mengatakan, banyak mobil mewah milik hotel ternama yang siap menjemput wisatawan mangkal di depan Stasiun Cibatu medio 1935-1940.
Hanya singgah sebentar di Cibatu, Chaplin kembali menggunakan kereta api menuju Stasiun Garut Kota. Ia menggunakan kereta api uap dengan kepala lokomotif yang dikenal warga dengan nama Si Gombar.
Wisata alam Garut terbilang lengkap untuk ukuran tahun 1920-an. Wisatawan bisa berkunjung ke Kawah Papandayan dan Kawah Kamojang. Ada juga wisata air, seperti Situ Bagendit hingga Santolo di pesisir selatan.
Terkepung tak kurang dari lima gunung, Garut memiliki situ atau telaga, curug atau air terjun, dan pemandian air panas.
Sejarah terus melaju. Kereta api dari Jakarta ke Cibatu tanpa lelah menyusuri. Sesekali, coba nyepur ke Garut lewat Cibatu. Charlie Chaplin pernah naik itu kereta. (XAR)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.