Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengunjung Membeludak Ganggu Pelestarian Candi Cangkuang

Kompas.com - 10/06/2014, 14:10 WIB
GARUT, KOMPAS.com - Situ Cangkuang, yang terletak di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat, menyimpan pesona keindahan. Selain terdapat situ, juga terdapat sejumlah situs dan kampung adat yang menarik untuk dikunjungi.

Dalam West Java Heritage Expedition BPKSNT 2014, yang berlangsung 2-4 Juni lalu, Situ Cangkuang, yang luasnya 25 hektare, menjadi tempat persinggahan pertama tim ekspedisi. Para peserta tim ekspedisi bahkan sempat melihat simulasi ekskavasi atau penggalian dan konservasi di sekitar Candi Cangkuang.

Sejumlah permasalahan pun ditemukan tim ekspedisi saat mengunjungi Situ Cangkuang. Salah satunya masalah pelestarian situs. Setiap bulan Situ Cangkuang dikunjungi 10 ribu orang. Jumlah tersebut bisa menyebabkan terganggunya pelestarian situs seperti Candi Cangkuang.

Candi Cangkuang merupakan candi dengan latar belakang Agama Hindu yang diperkirakan berasal dari abad ke-7 sampai 8 Masehi. Candi tersebut ditemukan oleh tim sejarah Leles sekitar tahun 1966 di sebuah pulau yang dikelilingi danau. Penemuan candi berpedoman dari notulen Van Het Bataviaasch Genootschap oleh Voderman tahun 1893.

Dalam notulen tersebut dijelaskan terdapat arca Siwa dan makam. Proses penggalian pun dilakukan tahun 1967 dan 1968. Tim penggalian kemudian menemukan fondasi candi. Namun dari hasil penggalian, tim hanya menemukan 40 persen bangunan candi. Tahun 1976 Candi Cangkuang diresmikan.

Koordinator Juru Pelihara, Zaki Munawar, mengatakan, dari 40 persen bangunan candi yang ditemukan kemudian dilakukan pemugaran hingga bentuk candi berdiri. Di dalam candi setinggi 8,5 meter itu terdapat arca Siwa setinggi 40 sentimeter dengan kedua lengan yang patah. Hingga kini belum ditemukan potongan lengan arca.

"Harapan kami agar pemerintah bisa segera menata kawasan situ. Sebagian kawasan situ sudah mengkhawatirkan seperti terjadi longsoran dan sedimentasi di situ. Perlu penanganan segera untuk menatanya," kata Zaki di Situ Cangkuang, Senin (2/6/2014).

Selain candi, di Situ Cangkuang juga terdapat makam penyebar Agama Islam. Makam Mbah Dalem Arif Muhammad itu terletak di sebelah candi. Menurut Zaki, keberadaan candi dan makam menjadi pertanda kerukunan antarumat beragama sejak dulu.

Terdapat juga permukiman yang diberi nama Kampung Pulo karena letaknya yang berada di tengah pulau. Kampung Pulo hanya terdiri atas tujuh bangunan yang dihuni enam keluarga. "Satu bangunan masjid dan enam rumah. Jumlah bangunannya juga tidak boleh bertambah. Para penghuni Kampung Pulo merupakan keturunan Arif Muhammad," kata Zaki, yang juga keturunan dari Kampung Pulo.

Di dekat candi terdapat site museum yang menyimpan berbagai naskah peninggalan Arif Muhammad. Pengelola Situ Cangkuang juga mengajarkan cara membuat kertas dari kulit pohon saeh. Kertas yang diberi nama daluang tersebut merupakan peninggalan para leluhur.

Lutfi Yondri, peneliti utama Balai Arkeologi Bandung, mengatakan, ekskavasi itu dilakukan untuk melihat gangguan di sekitar candi. Pelestarian yang dilakukan harus melihat kondisi sekitar situs. Pasalnya, konservasi yang dilakukan harus sejalan dengan keberadaan situs. Jangan sampai mengganggu keberadaan situs.

"Dari ekskavasi yang dilakukan kami tidak melihat struktur budaya di sekitar candi. Untuk pelestarian harus  segera dilakukan pembagian zona. Zona publik harus diatur sehingga bangunan utama bisa dilestarikan. Seperti memberikan jarak dengan pagar pembatas agar orang yang datang tidak merusak situs," kata Lutfi.

Agus Aris Munandar, guru besar Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, mengatakan, sejak zaman dahulu lokasi candi yang dikelilingi gunung dan air sudah disucikan para leluhur. Bahkan diperkirakan umur candi bisa lebih tua.

"Bisa jadi umurnya sezaman dengan Tarumanagara. Namun memang dulu para arkeolog menafsirkan candi ini dibangun pada abad ke-8," ujar Agus. (Firman Wijaksana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Travel Update
Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Travel Update
Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Story
10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

Jalan Jalan
Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Travel Update
Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Travel Update
3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

Travel Update
Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Hotel Story
iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

Travel Update
9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

Jalan Jalan
Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Travel Update
6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

Travel Tips
Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Travel Update
China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

Travel Update
Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com