Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Lama, Mau ke Mana...

Kompas.com - 11/06/2014, 08:14 WIB

JARUM jam menunjukkan pukul 21.00. Kecuali deru kendaraan yang melintas di Jalan Letjen Suprapto, kawasan Kota Lama di Semarang, Jawa Tengah, senyap. Namun, di sebuah gang, di Jalan Nuri, musik menggema dari sebuah kafe, tak jauh dari Stasiun Tawang. Malam itu, beberapa grup musik bergantian tampil meramaikan ulang tahun pertama kafe itu.

Suguhan dari kelompok musik kaum muda di Kota Semarang, seperti Ngisor Ringgin Jazz dan Lonpia Jazz, di Noeri’s Cafe malam itu seakan menghidupkan kawasan kota tua, yang menjadi ikon pariwisata Semarang. Kafe ini satu-satunya yang dibuka hingga malam hari di kawasan itu.

”Kami inginkan Kota Lama Semarang hidup dan menarik perhatian orang. Sudah beberapa kali kami tampil untuk mengangkat Kota Lama,” ujar Gatot dari Loenpia Jazz.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA Kawasan Kota Lama masih meninggalkan jejak keindahan bangunan masa lalu di Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (6/6/2014). Kemegahan Kota Lama yang dulu metropolis meredup seiring hancurnya bangunan-bangunan karena tak terawat setelah ditinggalkan pemiliknya.
Tidak hanya anak-anak muda, beberapa warga Semarang yang tergabung dalam komunitas sepeda tua Semarang, yang menyebut diri Komunitas Sejarah Lopen, pun hadir malam itu. ”Kami mendukung kegiatan yang bisa menghidupkan Kota Lama,” ujar Akso, aktivis Komunitas Sejarah Lopen. Hal itu dibenarkan Penjan, Hidayat, dan Juwari, aktivis lain yang malam itu datang dengan sepeda ontel dipadu baju lurik dan belangkon. Komunitas pencinta Kota Lama lainnya juga hadir.

Selain Noeri’s Cafe milik Handoko, gerakan menghidupkan kota tua Semarang juga dilakukan Chris Darmawan melalui Galeri Semarang di dekat Taman Srigunting Kota Lama. Kendati mengeluarkan anggaran yang besar untuk merevitalisasi gedung yang nyaris hancur, dia memfasilitasi sejumlah komunitas seniman dan perupa, termasuk pewarta foto, untuk menggelar pameran rutin di galeri itu. ”Niat kami ingin nguri-uri budaya,” ucap Chris.

Selain kafe dan galeri, sudah banyak pihak berinisiatif untuk mengembalikan kehidupan di Kota Lama, seperti Komunitas Orat Oret, Sketsa, Gambang Semarang, dan seniman Kota Semarang dan sekitarnya, termasuk mahasiswa. Kehadiran rumah makan, seperti Sate 29, Ikan Bakar Cianjur, dan perkantoran, termasuk bank, membuat suasana kawasan itu hidup.

Sejumlah investor pun mulai melirik kawasan ini. Marketing Manager PT Suari Indah Permai Antonius Congles mengatakan, pihaknya akan membangun hotel bertema heritage di kawasan itu. ”Kami ingin turut menghidupkan kawasan ini. Nantinya hotel dibuat satu tema dengan kawasan di sekitarnya. Mungkin pada 2016 hotel kami mulai beroperasi. Potensi wisata di lokasi ini sangat besar,” tutur dia.

Partisipasi masyarakat

Pertengahan Mei lalu, perancang perhiasan Meike Sahala Hutabarat pun menggelar ”Grand Tour Semarang Heritage, Social and Art Show” untuk memperingati ulang tahun ke-467 Kota Semarang, bekerja sama dengan Museum Kartini, Museum Ranggowarsito, Pemerintah Provinsi Jateng, dan Pemerintah Kota Semarang. Tur meliputi kunjungan ke kawasan Kota Lama, Gedung Lawang Sewu, dan naik kereta uap di Museum Kereta Api Ambarawa, Kabupaten Semarang. Ia juga menggelar fashion show di Lawang Sewu yang dihiasi dengan artefak dari museum.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA Pasangan turis dari Belanda memanfaatkan waktu singgah kapal pesiar yang membawa mereka dengan berjalan-jalan di Kawasan Kota Lama, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (6/1/2012).
Menurut Meike, banyak orang kaya di Indonesia pergi berwisata ke luar negeri. Mereka merasa nyaman di luar negeri karena tempat wisata yang tertata rapi, bersih, dan nyaman. ”Padahal, di sini kita punya banyak sekali potensi wisata, tetapi belum dikemas baik sehingga orang enggan berkunjung. Saya ingin memulai, dengan menunjukkan wisata di dalam negeri menarik dikunjungi. Kita punya bangunan tua yang banyak bercerita tentang masa lalu. Itu harus dihidupkan,” papar Meike.

Salah satu peserta tur heritage, Irma Mutia (45), sosialita dari Jakarta, mengatakan, amat menikmati pengalaman mengelilingi Kota Lama. Sebelumnya, ia pernah mengunjungi Semarang, tetapi tidak mengetahui ada Kota Lama yang menarik. ”Sayangnya belum semua ditata. Masih banyak yang tidak dirawat. Padahal, ini aset besar. Nilai sejarahnya sangat tinggi,” kata dia.

Wenny Sulistyowati, pemilik pusat suvenir di Semarang, juga kerap mengadakan tur ke Kota Lama untuk tamu yang berasal dari kota lain atau luar negeri. ”Kota Lama sebenarnya indah sekali. Ini diakui oleh turis. Sayangnya, begitu kami memandu mereka sambil naik becak, yang tercium bau yang tidak sedap dari saluran atau kolam. Ini membuat mereka tak nyaman,” tutur dia lagi.

Masih banyak pekerjaan yang harus dikerjakan. Kepala Kantor Pertanahan Kota Semarang Priyono mengungkapkan, sebenarnya sebagian besar bangunan di kawasan Kota Lama dimiliki negara, dalam hal ini BUMN, selain TNI dan personal. Pemkot Semarang tidak memiliki satu pun bangunan sehingga sulit memberdayakannya.


Penjaga gedung

”Ini berarti memerlukan dukungan dari semua pihak, baik masyarakat, pemerintah kota, termasuk pemerintah pusat, untuk menghidupkan Kota Lama,” kata Priyono.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Travel Update
Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Travel Update
Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Travel Tips
BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

Travel Update
Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com