Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulau Peucang yang Menggoda

Kompas.com - 13/06/2014, 13:18 WIB
SETELAH sekitar tiga jam perjalanan dengan kapal, dermaga Pulau Peucang akhirnya terlihat. Sekelompok rusa menyambut kedatangan kami. Pantai berpasir putih halus sangat menggoda kami untuk menceburkan diri. Di air jernih sebening kaca, segerombolan ikan berenang.

Pesona Pulau Peucang di Kabupaten Pandeglang, Banten, sungguh memukau. Di salah satu pulau di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) ini, satwa-satwa liar hidup bebas tanpa diganggu. Selain rusa, gerombolan monyet, merak, dan biawak juga bebas berlalu lalang. Hewan-hewan lain yang hidup di Pulau Peucang antara lain burung hantu, rangkong, elang, dan piton.

Di sudut lain, beberapa babi hutan bermalas-malasan. Rombongan World Wildlife Fund (WWF) Indonesia dan sejumlah jurnalis yang berkunjung ke Peucang awal Mei lalu tak mereka hiraukan. Namun, seekor babi tanpa malu-malu menghampiri seorang wisatawan dan mengendus-endus tangan wisatawan itu.

Sepertinya hewan itu berharap diberi makanan. Ia seolah-olah mengiba melalui tatapan mata dan anggukan kepalanya. Mulyadi Sopian (27), pemandu wisata, menyodorkan sepotong semangka yang ditusukkan pada ujung kayu. Babi itu langsung menyantap potongan semangka dengan lahap.

Beberapa wisatawan tersenyum-senyum melihat ulah si babi. Polah monyet-monyet liar juga kerap mengundang tawa meskipun mereka tetap harus diwaspadai. Seekor monyet, misalnya, hendak membuka paksa tas seorang wisatawan. Untunglah aksi monyet tersebut cepat diketahui. Si empunya tas spontan menghalau monyet yang malah menggeram-geram sehingga membuat pengunjung lain terpingkal-pingkal.

Di Peucang, wisatawan harus berhati-hati, terutama dengan monyet. Beberapa monyet masuk penginapan dan mengacak-acak kamar. Padahal, pintu sudah ditutup rapat.

Monyet-monyet Pulau Peucang rupanya sudah pintar menekan gagang pintu yang tak terkunci. Mereka mengamati tamu-tamu yang membuka pintu. Selepas monyet-monyet berulah dan pergi, yang tampak hanya tas-tas yang sudah dibongkar. Semua makanan telah hilang.

”Pernah ada tas yang dibawa monyet ke pohon. Namun, tak perlu terlalu khawatir. Monyet hanya peduli dengan makanan. Kalau tidak ada, tas pasti dibuangnya,” ujar Mulyadi.

Selain keanekaragaman satwa, keindahan pantai sudah pasti dimiliki Pulau Peucang. Berenang di pantai yang bening hingga puas sangatlah mengasyikkan. Bersihnya laut tanpa sampah dan polusi sudah terhampar sejak perjalanan dimulai dari Desa Sumberjaya, Kecamatan Sumur, Pandeglang.

Selepas perahu membuang sauh, tampak pulau-pulau seperti Handeuleum, Umang, dan Panaitan. Buai gelombang laut menggoyang kapal bagai ayunan ditemani angin yang berembus sepoi-sepoi.

Hampir sepanjang perjalanan terlihat bagan-bagan nelayan yang menghiasi laut. Pada malam hari, bagan memancarkan cahaya puluhan neon dari generator untuk menarik ikan-ikan. Sementara di Pulau Peucang, suara satwa-satwa nokturnal (satwa malam) terdengar bersahut-sahutan.

Penanggung jawab Rhino Monitoring Unit dan Rhino Health Unit Balai TNUK, Muhiban, menuturkan, Pulau Peucang yang memiliki luas sekitar 500 hektar dikembangkan untuk wisata alam. Di TNUK, Peucang adalah pulau yang paling ramai dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Pulau Peucang memiliki banyak tempat yang dapat didatangi. Karang Copong di sebelah utara pulau, misalnya, bisa dikunjungi dengan melintasi jalur dari penginapan sejauh lebih kurang 3 kilometer. Lama perjalanan melewati hutan dengan berjalan kaki sekitar 50 menit.

Karang itu dinamakan Copong karena tengahnya bolong atau copong. Di karang Copong, wisatawan bisa melihat panorama matahari terbenam yang indah. Lokasi menarik lain adalah padang rumput Cidaon yang harus dicapai dengan naik kapal sekitar 20 menit.

Cidaon terletak di kawasan utama TNUK atau sekitar 2 kilometer dari Pulau Peucang. Di Cidaon, wisatawan bisa melihat kawanan banteng yang tengah merumput. Mereka biasanya berkumpul di Cidaon pada pukul 06.00-08.00 dan 17.00-18.00. Sesekali, burung merak juga muncul di Cidaon.

Tujuan wisata lain yang layak dikunjungi adalah Citerjun. Perjalanan ke tempat air terjun dengan batuan yang tersusun seperti teras itu menggunakan kapal sejauh sekitar 1 kilometer selama 15 menit. Di sini, wisatawan juga bisa menyelam untuk melihat terumbu karang. Terumbu karang yang indah juga dapat ditemukan di Cihandarusa, sekitar 2 kilometer dari Pulau Peucang atau 20 menit menumpang kapal.

Wisata ke Pulau Peucang sebaiknya dilakukan beramai-ramai. Mulyadi mengatakan, tarif perahu dari Desa Sumberjaya ke Peucang sebesar Rp 3,5 juta untuk dua hari. Perahu dapat mengangkut sekitar 30 orang.

Di Pulau Peucang terdapat penginapan yang bisa menampung hingga 60 orang. Wisatawan juga bisa menginap di kapal jika penginapan tidak mencukupi. Tarif penginapan berkisar Rp 450.000-Rp 720.000. Restoran pun tersedia.

Jarak dari Jakarta ke Desa Sumberjaya sekitar 200 kilometer dengan waktu tempuh melalui jalur darat sekitar enam jam. Jika ditempuh dari ibu kota Banten, yakni Serang, wisatawan bisa tiba di desa itu dalam waktu sekitar empat jam setelah menempuh jarak 100 kilometer menggunakan mobil. (Dwi Bayu Radius)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Tips Aman untuk Anak Saat Bermain di Pantai

6 Tips Aman untuk Anak Saat Bermain di Pantai

Travel Tips
Ketentuan Bhikku Saat Thudong, Boleh Makan Sebelum Pukul 12 Siang

Ketentuan Bhikku Saat Thudong, Boleh Makan Sebelum Pukul 12 Siang

Hotel Story
Memaknai Tradisi Thudong, Lebih dari Sekadar Jalan Kaki

Memaknai Tradisi Thudong, Lebih dari Sekadar Jalan Kaki

Hotel Story
Pameran Deep and Extreme Indonesia 2024 Digelar mulai 30 Mei

Pameran Deep and Extreme Indonesia 2024 Digelar mulai 30 Mei

Travel Update
10 Museum di Solo untuk Libur Sekolah, Ada Museum Radya Pustaka

10 Museum di Solo untuk Libur Sekolah, Ada Museum Radya Pustaka

Jalan Jalan
Tarif Kereta Api Rute Jakarta-Yogyakarta Mei 2024, mulai Rp 260.000

Tarif Kereta Api Rute Jakarta-Yogyakarta Mei 2024, mulai Rp 260.000

Travel Update
Harga Tiket Pesawat Jakarta-Yogyakarta PP Mei 2024, mulai Rp 850.000

Harga Tiket Pesawat Jakarta-Yogyakarta PP Mei 2024, mulai Rp 850.000

Travel Update
Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Travel Update
Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Travel Update
Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Story
10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

Jalan Jalan
Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Travel Update
Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Travel Update
3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

Travel Update
Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Hotel Story
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com