Prinsip
Setelah menyelesaikan kuliah, Amang dan Ayong pulang kampung. Mereka pun melanjutkan usaha fashion yang dirintis di Malang dengan menyewa tempat berjualan di sebuah kompleks perumahan di Mataram, Lombok.
Lokasinya tidak strategis, tetapi Amang berprinsip, ”Ini ibarat makanan, jika racikannya enak pasti dicari orang.” Oleh karena itulah mereka tak hanya menambah desain, tetapi jenis produk pun bertambah seperti topi, jaket, dan gantungan kunci.
Prinsip awal pun tetap mereka gunakan dalam mendesain produk, yakni mengangkat ikon daerah setempat sebagai ciri khasnya. Mereka lalu mendesain kaus dengan gambar Pulau Lombok bertuliskan, antara lain, Lombok Hidden Paradise, Rinjani Mountain, Gendang Bele’: Sound of Peace (alat musik berupa sepasang gendang besar).
Selain itu, Amang dan Ayong pun mengangkat kembali motif-motif tradisional tenun Lombok sebagai desain produknya. Mereka juga berkreasi dengan mengambil idiom kata-kata lokal semisal Terune-Dedare (muda-mudi) dan Tampi Asih (terima kasih), yang memiliki nilai edukasi tentang sopan santun dalam berbahasa.
Produk kaus mereka yang berbahan katun itu dibanderol Rp 120.000 per potong, relatif mahal dibandingkan dengan kaus-kaus yang biasanya dijual seharga Rp 35.000-Rp 50.000 per potong.
Walau mahal, racikan kaus yang diibaratkan Amang ”makanan enak” itu memiliki konsumennya sendiri. Setiap hari ada saja anak muda yang membeli produknya, baik datang langsung ke toko maupun via internet.
Beberapa desain produk mereka, seperti kaus Rinjani Mountain dan Mara’ Mayung Lombok (seperti rusa Lombok), pun ”diekspor” ke Korea Selatan guna memenuhi permintaan tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Lombok di negeri ginseng itu. Amang pun dikirimi foto mahasiswa Indonesia di London yang mengenakan produknya bertuliskan Gendang Bele’.
Tak menyebutkan berapa omzetnya, jumlah produk mereka relatif masih kecil. Untuk sementara ini mereka hanya memproduksi 25 potong untuk setiap desain. Namun, dari produksi itu pun dengan sasaran terjual 40 persen sudah melebihi biaya produksi.
”Itu sudah termasuk honor untuk empat karyawan toko,” kata Amang yang menamai produknya Jegol, yang berarti gila-gilaan dalam arti positif.
Kegilaan Amang dan Ayong telah memberikan sumbangsih bagi dinamika perekonomian Kota Mataram. Produk mereka menjadi ajang promosi Lombok sebagai destinasi wisata. (Khaerul Anwar)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.