Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Padma Nusa, Damai untuk Negeri

Kompas.com - 11/09/2014, 12:04 WIB
APAKAH setelah pemilihan presiden Anda masih merasakan hawa permusuhan dalam pergaulan sehari-hari, baik antarteman maupun kerabat? Jika ya, tak ada salahnya kita memperbesar energi damai dengan bermeditasi bersama Padma Nusa, sebuah komunitas meditasi untuk Indonesia damai.

Pagi masih bergelayut lamban di Restoran Payon di bilangan Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (30/8/2014) lalu. Sebuah ruangan lapang menghadap taman asri telah terisi beberapa peserta meditasi yang duduk di alas bantal masing-masing. Meditasi bulanan yang digelar komunitas Padma Nusa ini sebenarnya selama ini selalu dilaksanakan setiap hari Minggu di pekan terakhir saban bulan. Namun, berhubung hari Minggu keesokannya tempat meditasi akan digunakan untuk pergelaran tari, jadwal pun dimajukan sehari.

Meditasi kali ini dibimbing oleh Wisnu Prayudha, pembimbing meditasi yang telah menulis beberapa buku. Meditasi bersama Padma Nusa memang senantiasa dibimbing oleh pembimbing yang berganti-ganti sehingga memperluas wawasan peserta tentang berbagai macam meditasi yang ada.

Sebelum bermeditasi, Wisnu menyampaikan pengantar selama beberapa menit. Wisnu mengajak peserta untuk mengelola perasaan negatif yang kerap muncul dalam kehidupan sehari-hari. Menurut dia, ketika menginginkan sesuatu, sering kali orang justru tidak fokus pada keinginannya dan lebih banyak memikirkan hal-hal yang tidak diinginkannya atau ikhawatirkannya.

Wisnu lalu memberikan contoh, ketika kita menginginkan seseorang menjadi presiden, kita tidak memfokuskan perasaan positif dan pikiran kita pada si calon yang diinginkan, melainkan malah sibuk berpikiran negatif tentang calon yang tidak kita inginkan menjadi presiden. Hal inilah yang justru membuat kita menebar vibrasi yang negatif ke lingkungan sekitar, ke semesta.

”Jika kita punya perasaan negatif terhadap seseorang, itu soal orang tersebut atau diri kita sendiri? Tentu saja itu soal perasaan kita sendiri. Kita tidak bisa mengontrol segala sesuatu dan orang-orang lain selain diri kita sendiri. Kitalah yang bertanggung jawab terhadap perasaan kita sendiri. Kita sendiri yang memilih perasaan apa yang ingin dirasa-rasakan,” kata Wisnu.

Semua peserta kemudian siap-siap bermeditasi dalam posisi duduk bersila dan kedua tangan disatukan di pangkuan. Teknik meditasi yang digunakan cukup sederhana, dengan memejamkan mata dan memfokuskan pikiran pada tarikan napas yang masuk dan keluar. Ketika menarik napas, Wisnu meminta peserta menggembungkan perut dan ketika mengembuskan napas perut dikempiskan. Hal itu dilakukan berulang-ulang, hingga selama 15-20 menit.

Menurut Wisnu, meditasi merupakan teknik untuk melatih kesadaran terfokus pada kondisi terkini (present moment). Sementara manusia modern saat ini sehari-hari kian tertuntut untuk melakukan dan berpikir banyak hal dalam satu keadaan. Kondisi demikian yang menjadi salah satu penyebab eskalasi stres yang berujung pada gangguan kesehatan serta ketenteraman batin.

Menularkan damai

Komunitas Padma Nusa dengan tajuk ”Meditasi untuk Indonesia Damai” didirikan sekitar dua tahun lalu oleh Arie Bekti Budi Hastuari dan Indah Ariani, yang telah lama menekuni meditasi. Komunitas ini didorong keinginan untuk mengajak orang berkesadaran mewujudkan damai, dimulai dari diri sendiri.

”Indonesia memang luas. Namun, jika satu orang bisa mewujudkan damai untuk dirinya sendiri, dia bisa membawa pengaruh damai pada lingkungannya, keluarganya. Misalnya saja, ketika orangtuanya merasa damai, anaknya juga akan membawa damai ke teman-temannya, begitu seterusnya. Saya percaya, damai itu bisa seperti virus yang menular,” kata Arie.

KOMPAS/SARIE FEBRIANE Anggota Padma Nusa
Kendati potensi eskalasi konflik di antara masyarakat yang majemuk seperti Indonesia akan selalu membayangi, Arie percaya kelompok kecil seperti Padma Nusa, bagaimanapun, bisa memberikan secercah harapan akan damai yang terpelihara.

Menurut Arie, Padma Nusa merupakan komunitas terbuka yang tidak mengikat. Siapa pun bisa datang sesempatnya setiap jadwal meditasi bulanan digelar pada hari Minggu di pekan terakhir saban bulan, di Restoran Payon, Kemang. Selama beberapa bulan terakhir, Padma Nusa juga menggelar meditasi pada hari Sabtu pekan kedua di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.

Sejak berdiri, sudah sekitar 300 orang yang ikut menjadi peserta meditasi bulanan. Setiap sesi meditasi peserta membayar Rp 50.000, sudah termasuk untuk minuman dan makanan kecil yang dinikmati setelah meditasi. Peserta datang dari berbagai latar belakang sosial, usia, dan kebangsaan. Pembimbing meditasi pun berganti-ganti dengan berbagai macam teknik meditasi. ”Dengan begitu, kami menghindari terjadinya fanatisme. Dan, teknik meditasi itu banyak sekali yang bisa kita coba,” ujar Arie.

Salah seorang peserta perempuan berbagi cerita soal timbunan perasaan negatif yang terkumpul sejak kecil akibat mengalami kekerasan dari orangtua. Timbunan pengalaman negatif itu pada akhirnya memberikan pengaruh negatif pada pola relasinya dengan pasangan, hingga dirinya mengalami perceraian sampai tiga kali. Meditasi membantunya membersihkan berbagai timbunan perasaan negatif tersebut.

”Timbunan perasaan negatif itu lama-kelamaan tersimpan dalam alam bawah sadar dan tanpa sadar tecermin dalam perilaku kita sehari-hari. Kita yang bertanggung jawab pada perasaan kita sendiri. Kita yang mengizinkan atau tidak mengizinkan perasaan kita untuk disakiti,” imbuh Wisnu.

Bersama Padma Nusa, para peserta mencoba terhubung kembali dengan semesta di dalam diri, yang sejatinya menyimpan damai seperti bunga padma. (Sarie Febriane)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com