Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keelokan Bawah Tanah Luweng Jaran

Kompas.com - 25/10/2014, 11:42 WIB
SINAR mentari yang menyorot mulut Luweng Jaran perlahan sirna begitu kami bergerak ke dasar goa, Jumat (19/9/2014). Dengan merambat tali yang menjulur masuk, kami bergiliran menyusup ke lubang dengan dua teras sedalam 32 meter. Begitu tiba di dasar ceruk, kejutan demi kejutan pun menanti.

Kami menjejak di sebuah lorong dengan ukuran melebihi aula kampus atau gedung pertemuan. Gelap ganti menyergap. Dinding karst yang lembab memancarkan dingin. Sorot senter kepala (headlamp) menjadi cahaya yang paling berharga. ”Peralatan dicopot dulu sebelum kami melanjutkan perjalanan,” kata Nanang (24) yang turun pertama ke goa.

Sejenak Andreas Polin (23), yang disapa Polin, melepaskan alat penurun (descender) otomatis yang melekatkan tubuhnya dengan tali. Dia lalu bergabung dengan Nanang beserta Stefanus (23) dan Fika Indriani (22). Mereka adalah penelusur goa dari Perhimpunan Mahasiswa Pencinta Alam Palawa Universitas Padjadjaran.

Para mahasiswa tingkat akhir ini sengaja datang dari Sumedang, Jawa Barat, ke Pacitan, Jawa Timur, untuk mengeksplorasi Goa Luweng Jaran yang terletak di Desa Jlubang, Kecamatan Pringkuku, atau berjarak sekitar 40 kilometer dari pusat kota Pacitan. Luweng dalam bahasa Jawa artinya lubang, sedangkan jaran berarti kuda.

Sarat ornamen

Keempat pegiat alam itu tampak semringah begitu tiba di dasar ceruk. Di sebelah kiri dan kanan terbentang lorong yang gelap gulita. Tak jelas ujung dan pangkalnya. Nanang dan Stefanus kemudian bergerak lebih dulu untuk memilih salah satu rute yang aman dilalui.

Tak lama, Fika dan Polin menyusul. Dengan beriringan, mereka menyusuri lorong yang sarat dengan ornamen dan hiasan goa. Stalaktit dan stalagmit yang menjuntai, lekukan tirai yang menghampar seolah turun dari atap, batuan besar bagai pilar, serta mutiara goa.

Senter kepala yang membebat helm hanya bisa menerangi 50-100 meter ke depan. Namun, lorong yang penuh labirin itu menawarkan misteri yang jauh tak terjangkau dan menyimpan keindahan bawah tanah.

Tik... tik... tik... bunyi tetesan air dari stalaktit menggema hingga ke dinding goa. Suasana begitu hening. Semakin dalam menjelajahi lorong goa, rasa penasaran kian membuncah. Ceruk-ceruk yang akan dijumpai dalam penelusuran bisa jadi tak terduga bentuknya.

KOMPAS/HARRY SUSILO Mulut Luweng Jaran di kawasan karst Gunung Sewu, Pacitan, Jawa Timur.
Di sejumlah goa, para pegiat dapat menemukan ruangan sebesar hanggar pesawat atau bahkan mendapati lorong yang tak dapat dilewati tubuh anak kecil sekalipun. Tak jarang pula, mereka melewati genangan lumpur pekat yang menghambat, sungai bawah tanah, danau yang segar, atau bahkan air terjun yang mengucur deras.

Di kedalaman lorong Luweng Jaran, kami melewati aliran air yang cukup deras. Terkadang di beberapa ceruk yang kami lintasi airnya hingga setinggi 1 meter. Begitu jernih. ”Segar banget,” kata Polin.

Jika pendaki gunung merasa bangga saat mencapai puncak, lain halnya dengan penelusur goa. Bagi mereka, titik klimaks penelusuran adalah saat menemukan lorong, ruang, dan ceruk baru yang belum pernah dieksplorasi. ”Rasanya beda kalau bisa menemukan chamber (ruangan) yang belum dimasuki orang,” kata Polin.

Lupa waktu

Mengeksplorasi kekayaan alam dunia bawah tanah seolah tidak berujung. Berkawan dengan gelap, bercengkerama dengan keheningan, membuat para penelusur goa lupa akan waktu.

Nanang menceritakan, ia pernah menelusuri sebuah goa di Gombong, Jawa Tengah, sebelum gelap datang hingga mentari pagi muncul. ”Tadinya rencana keluar goa pukul 21.00. Tiba-tiba pas keluar sudah ada matahari, ternyata sudah pukul 06.00!” kisah Nanang.

Begitu juga saat menelusuri Luweng Jaran. Awalnya, kami menyepakati akan keluar mulut goa saat sore atau sebelum gelap. Nyatanya, kami baru mulai meniti tali keluar mulut goa sekitar pukul 19.30.

Meski berada di bawah tanah, para penelusur goa tidak pernah memusuhi kegelapan. Sebab, kegelapanlah yang membentuk kesadaran betapa berharganya cahaya. Setelah keasyikan berada dalam gelap, mereka akan merindu secercah sinar matahari. Cahaya yang menuntun mereka menemukan jalan pulang, membawa kembali ke peradaban.

Luweng Jaran dieksplorasi pertama kali oleh tim ekspedisi asal Australia tahun 1987. Berdasarkan hasil pemetaan dari berbagai penelusuran, lorong Luweng Jaran membentang sepanjang 17 kilometer.

Sekretaris Desa Jlubang, Ponijan, menuturkan, warga setempat menamai goa ini Luweng Jaran sesuai dengan dongeng kuno yakni, kisah mengenai seorang pengelana yang hanyut ke dalam goa beserta kuda yang ditunggangi. Saat itu, hujan deras sedang mendera Desa Jlubang sehingga air bah datang cukup cepat masuk ke mulut goa.

KOMPAS/HARRY SUSILO Goa bawah tanah di kawasan karst Gunung Sewu, Pacitan, Jawa Timur.
Setelah itu, Luweng Jaran banyak menarik minat penelusur goa dan pegiat alam. Masyarakat setempat menyadari, hal ini akan mendatangkan pemasukan dari kegiatan wisata minat khusus. Mereka kemudian membangun gapura berhiaskan patung kuda yang menjadi penunjuk arah masuk ke Desa Jlubang, tempat Luweng Jaran berada.

Selama Januari-September 2014, sebanyak 48 penelusur goa yang mengeksplorasi Luweng Jaran. Mereka umumnya mahasiswa pencinta alam dan peneliti.

Luweng Jaran merupakan salah satu dari 13 geosite (situs geologi) di Kabupaten Pacitan. Goa ini memiliki sistem pergoaan terpanjang di Jawa dengan jaringan lorong dan sungai bawah tanah yang rumit serta hiasan yang langka. Pemerintah setempat mengusulkan kepada Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) agar kawasan ini ditetapkan sebagai geopark dunia.

Keelokan Luweng Jaran tak terlepas dari panorama struktur geologi yang tersebar di dinding, atap, bahkan lantai goa. Namun, akses dan mulut goa yang vertikal tidak membuat goa ini banyak didatangi. (Harry Susilo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com