Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Museum Tsunami Aceh, Tempat Belajar dan Mengingat

Kompas.com - 20/12/2014, 14:06 WIB

"Namun saat ini tidak bisa dioperasikan karena alatnya rusak," kata petugas museum.

Di tempat itu biasanya pengunjung akan bisa merasakan "getaran gempa", mempelajari gempa dan tsunami dan berbagai peralatan perekam gempa serta sistem kerjanya. Perjalanan berakhir pada ruang teater semi terbuka dengan tribun dan panggung tanpa dinding dan di seberangnya dikelilingi kolam ikan.

Tempat tersebut biasa dimanfaatkan oleh pengunjung untuk merenung kembali bencana alam yang mengubah wajah politik, sosial dan ekonomi Aceh menjadi provinsi yang lebih terbuka dan damai.

Bangunan museum bila dilihat dari atas, seperti yang terlihat pada maket, merupakan gambaran gelombang laut dan sekaligus sebagai dataran tinggi untuk penyelamatan.

"Sampai dengan 10 tahun lalu kata tsunami tidak saya kenal, demikian pula kebanyakan orang Aceh lainnya. Kini kata tsunami mempunyai makna bagi kami," kata Dr. Edi Darmawan, penyintas yang kehilangan kedua orang tuanya saat tsunami menyapu kampung halamannya.

Kehadiran Museum Tsunami Aceh penting untuk mengenang dan juga menjadi sarana edukasi. Meskipun ada loket tempat pembelian tiket, tidak ada petugas penjaganya dan pengunjung dapat masuk bebas tanpa membayar. Para petugas akan memandu dengan sukarela.

"Akhirnya saya bisa mengunjungi museum ini, setelah 10 tahun bencana itu berlalu," bisik ibu yang tidak bersedia disebut namanya.

Banyak kenangan pedih, banyak orang kehilangan anggota keluarga seperti perempuan itu. Monumen hidup bertebaran di Banda Aceh dan sekitarnya sehingga kota di belahan barat Indonesia itu pun kini menjadi daerah kunjungan wisata sejarah, terutama wisatawan domestik dan dari negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand juga India.

Bus-bus pariwisata hilir mudik dari satu lokasi ke lokasi lain, seperti museum ini, lokasi kapal PLN Apung terdampar di Punge Blang Cut, Masjid Raya, Kapal "Nuh" di Gampong Lampulo dan banyak lainnya. (Maria D. Andriana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com