Namun, di luar urusan kuliner, Madura membuat sejumlah orang teringat pada pemulung dan pedagang besi yang umumnya berasal dari Madura. Madura juga bisa identik dengan karapan sapi. Madura pun mengingatkan kita pada kain batik dengan warna-warna terang seperti merah dan kuning.
Kalau Madura sebagai daerah tujuan wisata? Relatif belum setenar Yogyakarta ataupun Bali. Namun, sesungguhnya di Madura pun kita bisa mendapati tempat-tempat tujuan wisata yang menarik dan khas. Di sini ada beberapa kota ”besar”, seperti Bangkalan, Pamekasan, dan Sumenep. Kali ini, kita bertualang di Kota Sumenep dan sekitarnya.
Pantai Lombang
Hamparan pantai dengan air biru jernih memberi gradasi berbagai warna biru saat gelombang di Pantai Lombang itu seakan-akan bertemu dengan langit biru nun sejauh mata kita memandang. Selain debur ombaknya yang relatif tenang, pasir di Pantai Lombang juga relatif bersih. Pantai Lombang termasuk wilayah Kecamatan Batang-batang, Kabupaten Sumenep.
Dedaunan pada cemara udang itu bergoyang-goyang ringan diterpa angin. Jika pohon-pohon cemara udang besar menghiasi area dekat pantai, bonsai cemara udang ”menyambut” kedatangan kita begitu memasuki area Pantai Lombang.
Masjid Jami’
Salah satu bangunan yang menarik di Kota Sumenep adalah Masjid Jami’ Sumenep yang juga disebut Masjid Agung Sumenep. Masjid Agung Sumenep juga menjadi salah satu tujuan wisatawan. Arsitektur masjid ini dipengaruhi budaya Tiongkok. Ini, antara lain, terlihat dari ukiran pada pintu-pintu masjid.
Masjid Agung Sumenep dibangun pada masa pemerintahan Panembahan Sumala yang juga disebut Pangeran Natakusuma. Kuatnya pengaruh budaya Tiongkok pada masjid ini, antara lain, karena arsiteknya adalah Lauw Piango, cucu Lauw Khun Thing (salah seorang dari enam orang Tionghoa yang mula-mula menetap di Sumenep).
Keraton Sumenep
Kita juga masih bisa menikmati Keraton Sumenep yang dibangun pada masa pemerintahan Panembahan Sumala. Keraton yang selesai dibangun tahun 1780 ini juga karya Lauw Piango. Kondisi Keraton Sumenep relatif terawat dan berfungsi sebagai museum. Kompleks keraton terdiri atas beberapa bangunan, selain juga dilengkapi kolam pemandian atau taman sari.
Bangunan utama keraton terdiri atas dua lantai. Di lantai bawah keraton tersimpan, antara lain, peraduan keluarga raja, Al Quran tulisan tangan Sultan Abdurrahman Pakunataningrat (Adipati Sumenep yang hidup pada 1811-1854), tempat perhiasan, dan baju perang. Di lantai dua terdapat, antara lain, perabotan masa lalu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.