Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menemukan Jawa di Singapura

Kompas.com - 01/02/2015, 15:37 WIB

Tumenggung Endranata diketahui membocorkan strategi penyerangan kedua Sultan Agung ke Batavia pada 1629. Di antaranya, membocorkan strategi membangun lumbung-lumbung pangan di Karawang dan Cirebon sehingga lumpung pangan dihancurkan Hindia Belanda. Serangan pasukan Sultan Agung dari Mataram (Yogyakarta) ke Batavia akhirnya dilumpuhkan.

”Saya tidak bisa berbahasa Jawa. Namun, banyak dibantu teman-teman dari Yogyakarta untuk memahami cerita berbahasa Jawa, terutama hal-hal terkait yang dikisahkan di dalam History of Java,” kata Jimmy.

Barak tua

Tempat Jimmy Ong memajang karya-karyanya, Barak Gillman, menguatkan kesan pertemuan sejarah dengan seni. Barak Gillman dibangun Jenderal Sir Webb Gillman (petinggi militer Inggris) untuk tujuan ekspansi militer Inggris di Singapura tahun 1936. Rentang waktu hingga 1990 barak ini dikuasai institusi militer Singapura.

Mulai tahun 1990 terjadi peralihan fungsi kemiliteran menjadi fungsi komersial. Pada 1996 dikenalkan sebagai Gillman Village. Pada 2010, nama Gillman Village dikembalikan ke nama semula, Barak Gillman. Barak itu kemudian direnovasi.

Pada September 2012, Barak Gillman diluncurkan sebagai Pusat Seni Kontemporer Singapura. Barak seluas 6,4 hektar dengan 14 bangunan bekas barak tentara Inggris itu kini digunakan untuk 17 galeri internasional. Beberapa di antaranya, Galeri Arndt (Jerman), The Drawing Room (Filipina), Equator Art Projects, Fost (Singapura), Future Perfect, Michael Janssen (Singapura), Mizuma, Ota Fine Arts, Partners & Mucciaccia, Pearl Lam, ShanghART, Silverlens, Space Cottonseed, Sundaram Tagore, Tomio Koyama (Jepang), Yavuz, dan Yeo Workshop. Barak Gillman kini tertata sangat rapi dan menarik dikunjungi wisatawan dengan suguhan karya-karya seni yang dipamerkan.

Penggunaan Barak Gillman sebagai warisan sejarah masa kolonial Inggris di Singapura sebagai galeri seni dapat menjadi inspirasi menarik bagi Indonesia. Selama ini, sejumlah tempat bersejarah di Indonesia, baik dari masa peradaban Hindu kuno sampai kolonialisasi Hindia Belanda, kurang terawat dan tidak berfungsi optimal.

Sejarah seni

Di barak itu pula generasi muda dapat belajar sejarah seni. ”Tantangan bagi kita sekarang, generasi muda tidak lagi menyukai museum untuk belajar tentang sejarah seni,” kata pendiri Singapore Pinacotheque de Paris, Marc Restellini, salah satu galeri internasional. Marc lalu menunjukkan tiga lukisan legendaris karya para maestro Chaim Soutine, Amedeo Modigliani, dan Jackson Pollock kepada sejumlah jurnalis asing.

Singapore Pinacotheque de Paris masih tahap persiapan dan dijadwalkan buka pada Mei 2015. Galeri itu merupakan bagian dari hasil ekspansi Pinacotheque, museum karya seni lukis di Paris, Perancis, yang dikelola swasta sejak 2003.

Pertemuan Jimmy Ong, sejarah Jawa, dan galeri-galeri internasional di barak tua itu pun menyempurnakan perpaduan seni, sejarah, dan masa kini. (Nawa Tunggal)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com