Lembing kayu dengan ujung tumpul berdiameter 1,5 cm dilempar oleh para kesatria ke arah lawan masing-masing, beterbangan di udara berlatar langit biru cerah berhias awan.
Sorak sorai "aah" dan "uuh" layaknya para penonton yang tengah menyaksikan pertandingan olahraga terdengar tiap kali lembing nyaris mengenai kesatria.
Puluhan pria penunggang kuda dari dua kubu berbeda adalah para kesatria yang mengikuti ritual Pasola, upacara tradisional orang Sumba yang menganut kepercayaan Marapu yang memuja arwah leluhur.
Pasola berasal dari kata sola atau hola, yaitu lembing kayu atau tombak. Awalan pa membuat maknanya berubah menjadi permainan demi perekat jalinan persaudaraan, sebagaimana tertera di laman resmi pariwisata Indonesia.
Atraksi Pasola berakar dari legenda cinta segi tiga antara perempuan bernama Rabu Kaba yang diperebutkan Umbu Amahu dan Teda Gaiparona yang nyaris menimbulkan perang antarkampung itu dilaksanakan setiap tahun antara Februari hingga Maret.
Setiap tahun jadwal penyelenggaraannya tidak menentu. Semua tergantung keputusan tetua adat setempat berdasarkan perhitungan munculnya bulan purnama.
Laman resmi wisata Nusa Tenggara Timur menyebutkan pasola biasanya didahului ritual Madidi Nyale atau pemanggilan cacing laut (nyale) yang muncul setahun sekali. Masyarakat setempat percaya semakin banyak cacing laut yang muncul saat upacara berlangsung, niscaya panen akan melimpah ruah.
Mata penonton bergerak mengikuti arah kuda yang berderap kencang di hamparan rumput hijau berlatar belakang pemandangan Pantai Marosi yang airnya berwarna biru kehijauan dan berpasir putih di kejauhan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.