Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tarian Ladang Kehidupan dari Gunung

Kompas.com - 08/03/2015, 15:34 WIB

Bahkan, jika beberapa bulan tak ada undangan tampil, mereka bakal iuran masing-masing Rp 50.000 lalu menggelar pementasan. Syarif (36), anggota topeng ireng, mendefinisikan seni sebagai rasa senang. Anggota topeng ireng Tongkat Pundoko berjumlah sekitar 50 orang dan mereka hanya memiliki 21 pasang sepatu tentara bekas. Karena dipakai bergantian dengan beragam ukuran kaki, tak heran jika sepatu-sepatu itu jebol di sana-sini.

Keseriusan menghidupi seni juga ditunjukkan rombongan para warok. Minggu pagi, sebelum pentas, ruang tamu rumah Pujianto (42) disesaki lebih dari 30 penari yang merias diri. Mereka memanfaatkan bahan apa saja untuk riasan. Warna hitam untuk tampilan alis tebal dari campuran jelaga dan minyak rambut. Warna jingga dan merah mencolok di pipi diperoleh dari bahan campuran cat tembok.

Keterbatasan jumlah cermin di ruang itu disiasati dengan cerdik. Meski berada di pucuk gunung dengan ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut, penduduk Dusun Krandegan telah mengenal teknologi. Telepon seluler menjadi salah satu alat yang dipakai layarnya untuk berkaca. Beberapa memanfaatkan potongan kaca spion sepeda motor untuk merias wajah sekaligus melatih ekspresi mimik.

Keseharian

Seni bagi warga lima gunung sudah jadi bagian dari keseharian. Dalam hidup sehari-hari sebagai petani, keindahan seni itu tampak lewat cantiknya penataan tanaman sayur-sayuran yang berundak-undak rapi. Sejak lahir, anak-anak sudah dilatih untuk belajar bertani sekaligus menari.

Presiden Komunitas Lima Gunung, Sutanto Mendut, menyatakan bahwa tidak perlu ada alasan yang rumit bagi warga gunung untuk terus berkesenian. Dorongan kuat untuk menyatukan mereka dalam kesenian hanyalah karena adanya kebutuhan untuk gembira dan tetap bahagia. ”Sampai sekarang, komunitas lima gunung ini tidak berbentuk, tetapi terus berkelanjutan. Perencanaan itu kan kerjaan politik. Mati ya terserah. Nyatanya mereka terus bertahan dari pentas yang tak dibayar hingga ratusan juta rupiah,” kata Tanto.

Sejarah Mataram Kuno, menurut antropolog dari Universitas Gadjah Mada, PM Laksono, membuktikan bahwa peradaban berkembang terlebih dulu di gunung sebelum perlahan turun ke dataran. Karena itu, orang gunung cenderung memiliki memori panjang terkait kehidupan di masa lalu.

KOMPAS/EDDY HASBY Pemain Srandul di Dusun Krandegan, Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (2/2/2015). Pemain dan penari kesenian ini semuanya berusia lanjut.

”Tradisi refleksi berasal dari gunung. Gagasan membangun diri lebih baik. Lebih bermartabat terkait kehendak ilahi. Dalam posisi inilah orang gunung memiliki naluri yang terpelihara. Mengaitkan hidup bukan sekadar untuk mendapat keuntungan duniawi, melainkan tidak melupakan misi ilahi juga,” kata Laksono.

Di gunung, orang dengan mudah bisa melihat hierarki. Bahwa ada kekuasaan yang lebih tinggi dari kehidupan manusia. Pada pertemuan kebutuhan ilahi dan dunia itu kemudian manusia mengolah rasa dan pikiran melahirkan seni. Seni kemudian menjadi perwujudan sistem gagasan yang mereka olah habis-habisan.

”Bertani adalah berbudi bahasa dengan alam. Alam harus diajak berdialog. Lalu mereka membuat mantra-mantra ketika berdialog. Manusia memberi sesaji. Itu kata-kata doa. Alam memberi banyak,” kata Laksono.

Panggung seni bagi orang gunung adalah kehidupan itu sendiri. Dan dari ladang-ladang lahir kemakmuran dan keindahan... (Mawar Kusuma dan Regina Rukmorini)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com