Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebun Raya, Takdir Kota Riset Botani

Kompas.com - 21/04/2015, 13:40 WIB

Riset botani

Meski demikian, mungkin banyak yang menyadari atau tidak memahami bahwa Kebun Raya bukan sekadar obyek wisata. Taman yang ditata sejak era Gubernur Jenderal Hindia-Belanda atau Letnan Gubernur Jawa (1811-1816) Thomas Stamford Bingley Raffles sejatinya adalah kawasan pemuliaan tanaman untuk penelitian dan budidaya.

Jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara, Kebun Raya diduga adalah bagian dari samida; hutan, kebun, atau taman buatan Kerajaan Pajajaran. Keberadaan samida teridentifikasi dalam Prasasti Batutulis untuk keperluan kelestarian lingkungan, perlu ada kawasan khusus untuk memelihara benih kayu dan tanaman langka.

Budayawan Sunda Bogor, Eman Sulaeman, menceritakan, samida juga dibuat Kerajaan Pajajaran di perbatasan Cianjur-Bogor yang kini dikenal dengan Kawasan Ciung Wanara. ”Bangsa Eropa menemukan kembali lalu membangun, menata, dan memperkaya samida yang tidak terawat,” katanya.

Samida tidak terawat atau dibiarkan kembali menjadi hutan setelah Kerajaan Pajajaran takluk dan bumi hangus oleh Kesultanan Banten. Dari fakta itulah, sebelum kedatangan bangsa Eropa, jantung Kerajaan Pajajaran, kini adalah Kota Bogor, ibarat ditakdirkan jadi pusat perlindungan benih tanaman.

Takdir itu menjadi nyata di tangan para ahli botani asal Eropa. Pada 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen meresmikan pendirian Kebun Raya dengan nama ’s Lands Plantentuin te Buitenzorg dengan menancapkan ayunan cangkul pertama. Pembangunan dipimpin Caspar Georg Carl Reinwardt, ahli botani dan Direktur Pertanian, Seni, dan Pendidikan Kerajaan Belanda untuk Pulau Jawa. Tak ketinggalan penata dan botanis James Hooper dan W Kent dari Kebun Botani Kew Kerajaan Inggris yang amat tersohor di ”Benua Biru” kala itu.

Yang bersekolah di Bogor atau dari luar daerah ketika studi wisata ke Kebun Raya tentu tak mudah lupa tugas Biologi, misalnya mendata koleksi tanaman bambu atau mengidentifikasi pepohonan dan anggrek. Setelah itu, pekerjaan rumah secara pribadi atau kelompok biasanya dipresentasikan di kelas.

Bila Anda jeli, tentu sejuta jejak riset Kebun Raya ini berupa benda dan tak benda masih bisa dilihat dan dirasakan. (Ambrosius Harto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com