Setelah belajar tentang pemetikan daun teh, rombongan bergeser ke tempat pengolahan teh. Tulisan “Dewata Anno 1932” berwarna merah terpampang di dinding. Tulisan tersebut berarti Dewata (pabrik teh) telah berdiri sejak tahun 1932. Untuk dapat memasuki pabrik, rombongan harus benar-benar steril dari kuman-kuman. Sang tour leader kembali menginstruksikan untuk mencuci tangan dan memakai perlengkapan layaknya dokter yang ingin melakukan operasi bedah. Lengkap pula dengan penutup mulut. Memasuki pintu bertiraikan plastik, perjalanan dimulai.
Lantai dasar adalah ruang manajemen pabrik. Foto-foto rencana pengembangan terpampang. Juga satu kalimat untuk mengenang bencana longsor tahun 2010 lalu tertulis “Korban jiwa dan harta benda jangan sampai sia-sia, jadikanlah Dewata is the best”. Tujuan selanjutnya adalah lantai dua tempat pengeringan teh sementara sebelum masuk ke proses pelayuan. Pucuk-pucuk teh memenuhi meja-meja yang membentuk lorong. Para pekerja sibuk memindahkan ke mesin yang berjalan menuju proses selanjutnya.
“Kalau teh hijau, proses oksidasi malah dicegah. Berbeda dengan teh hitam. Pada Proses fixing, kadar air masih 65 persen. Setelah tahap pengeringan, kadar air maksimal 3 persen,” kata Asisten Manajer Produksi PT Chakra, Ade Hendrayana.
Tujuan terakhir adalah tempat penyortiran dan pengemasan. Di tempat ini, proses pengolahan daun teh berakhir. Proses ditandai dengan mesin penyaringan hasil daun pucuk kering sebelum dikemas menggunakan karung. Satu karung berisi 40 kilogram pucuk daun teh kering siap konsumsi. Dalam sehari, Ade mengatakan dapat menghasilkan 4,5 ton daun teh kering dari 17 ton daun teh basah.
Dengan berakhirnya proses pengolahan, maka berakhir pula perjalanan kami. Hampir tiga jam kami menghabiskan waktu untuk belajar mengenai teh hijau. Perjalanan wisata edukasi yang dapat dilakukan secara berkelompok ini dapat dilakukan oleh wisatawan. Teguh Kustiono mengatakan pihaknya dengan senang hati menerima wisatawan yang ingin mengunjungi pabrik. PT KBP Chakra pernah menerima murid-murid sekolah untuk belajar di kawasan perkebunan.
“Silakan hubungi kami, jika ingin mengunjungi. Kami utamakan kelompok. Nanti mudah-mudahan bisa kami fasilitasi. Kami juga ingin coba mengedukasi para peminum teh Indonesia agar dapat mengenal dan meminum teh lebih baik,” tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.