Berbagai dokumen yang mengisahkan riwayat Wisma Ranggam dan Soekarno banyak diketik dan ditulis tangan oleh Edi. Ini mengesankan penanganan arsip dan informasi sejarah yang belum diperhatikan serius oleh pemerintah.
Wisma Ranggam adalah wisma untuk tamu yang memiliki belasan kamar. Edi memberi nama kamar-kamar tersebut. Kamar yang pernah ditinggali Soekarno disebut sebagai kamar Soekarno. Salah satu kamar lain diberi nama kamar Sri Sultan Hamengkubuwono IX karena pernah digunakan Sri Sultan menginap sewaktu mengunjungi Soekarno.
Menurut Edi, beberapa tahun lalu, Wisma Ranggam pernah direnovasi. Saat beberapa tukang memasak di kamar Sri Sultan, mereka tiba-tiba lari ketakutan dan keluar dari kamar karena melihat sosok berperawakan besar. Ini sedikit tidak masuk akal, tetapi Edi banyak mengisahkan pengalaman seperti itu selama merawat Wisma Ranggam.
Di bagian depan Wisma Ranggam terdapat sebuah tugu besar yang dikelilingi tugu yang sama bentuknya, tetapi jauh lebih kecil, sebanyak lima buah. Menurut Edi, itu tugu peringatan yang dibuat Hatta tahun 1950-an. Tugu itu dimaksudkan sebagai penanda kebebasan bangsa ini dari cengkeraman Belanda.
Pesanggrahan Menumbing
Jalan di depan Wisma Ranggam merupakan jalur menuju Pesanggrahan Menumbing. Tak beberapa lama melewati jalan menanjak, kami tiba di Pesanggrahan Menumbing yang memiliki keindahan panorama Pulau Bangka. Dari pesanggrahan itu tampak pantai yang mengitari Pulau Bangka di sisi selatan dan barat.
Beberapa lubang tanah memutih tampak di sisi utara yang merupakan daerah pertambangan timah. Di sisi selatan tampak hijau dan merupakan daerah berjarak paling dekat dengan garis pantai.
Pesanggrahan Menumbing dirawat oleh juru pelihara Sutejo. Pesanggrahan ini jauh lebih tertata, rapi, dan bersih dibandingkan dengan Wisma Ranggam. Berbagai dokumen informasi juga dirancang lebih bagus.
Sutejo merupakan cucu dari Djojosumarto yang pertama kali menjadi pembantu Soekarno di Menumbing. Pada waktu diasingkan di Menumbing, Soekarno hanya bertahan beberapa hari dan minta dipindahkan ke Wisma Ranggam.
Tidak banyak dikisahkan tentang apa yang dilakukan Soekarno di Menumbing. Sutejo sempat menunjukkan warisan yang ia peroleh secara turun-temurun dari kakeknya berupa uang kertas Rp 1.000 bergambar Soekarno yang bisa melengkung sendiri ketika ditaruh di atas telapak tangan kanan seseorang.
Anehnya, uang kertas itu juga bisa melayang sendiri ke telapak tangan orang tertentu, kemudian jatuh ke telapak tangan sebelahnya.
Ada rajah berhuruf Arab pada uang tersebut. Sutejo meyakini ada suatu energi yang mengendap di selembar uang kertas tersebut yang bereaksi terhadap energi orang-orang yang menaruh di atas telapak tangan kanan.
Sutejo juga menunjukkan dua ulat belang berukuran kecil yang bertengger di dahan kecil dua pohon cemara di dalam pot. Ular itu hanya berdiam diri di situ dan tidak pernah mengganggu pengunjung.
Pesanggrahan Menumbing memiliki sekitar 30 kamar. Salah satunya kamar yang pernah disinggahi Soekarno. Tidak sembarang orang dapat menempati kamar Soekarno karena dikeramatkan.
Di kamar Soekarno tercantum berbagai informasi terkait dengan pergerakan kemerdekaan dan aktivitas Soekarno selama masa pengasingan di Muntok.
Pesanggrahan Menumbing dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda sebagai tempat peristirahatan perusahaan pertambangan timah pada waktu itu. Kini, bangunan tersebut menjadi bagian dari sejarah perjuangan bangsa ini. (Nawa Tunggal)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.