Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/06/2015, 13:48 WIB

”Memang, sudah tidak terlihat lagi seperti kamar, karena desain interior rumah sudah banyak direnovasi dan disesuaikan untuk penampilan museum,” kata Irwansyah.

Semakin dalam memasuki museum yang berdiri di lahan seluas 5,6 hektar itu, terdapat ruang senjata, yang terletak di lantai paling bawah. Ruangan tersebut dulunya merupakan kolam renang dalam ruangan (indoor).

Kini, kolam renang itu sudah ditimbun. Sebagai gantinya, di ruangan berkeramik putih dengan langit-langit rendah itu, dipajang berbagai macam koleksi alat utama sistem persenjataan TNI. Berbagai macam senjata, mulai dari ranjau darat, pelontar granat, hingga senapan asal Italia, Jerman, dan Inggris berbagai kaliber dipajang dan bebas disentuh pengunjung.

Bagian lain Wisma Yaso yang masih dipertahankan, menurut Irwansyah, kemungkinan adalah kebun beserta kolam ikan serta pohon kayu dan tumbuhan yang berada di belakang museum. Di tempat itu, dulu, Soekarno sering menghabiskan waktu untuk berbicara bebas, lepas dari alat penyadap yang tersembunyi di bagian dalam rumah.

Sebagai tambahan, kini, di bagian samping kebun, dipajang berbagai macam tank yang pernah digunakan TNI Angkatan Darat dalam berbagai penumpasan pemberontakan, seperti pemberontakan G30S pada 1965, serta pemberontakan DI/TII pada 1950-1965.

Tidak dijelaskan

Sudah 43 tahun Wisma Yaso berganti nama menjadi Museum Satria Mandala. Ratusan ribu pengunjung pun tercatat sudah mengunjungi gedung tersebut sejak berdiri. Namun, ternyata, tak banyak pengunjung yang tahu, di tempat itu ”Putra Sang Fajar” sempat beristirahat dalam sakit dan sepi.

”Memangnya ini bekas rumah istri Soekarno? Bukannya ini dulu markas bekas TNI? Makanya, sekarang juga jadi museum khusus TNI?” tanya Yudi Saputra (21), petugas keamanan dari Kementerian Hukum dan HAM, yang mengunjungi Museum Satria Mandala pada Sabtu (20/6/2015) siang bersama kedua temannya.

Hal senada disampaikan Dewi (36) karyawan swasta yang mengunjungi museum bersama suami dan kedua anaknya. Semenjak masih sekolah, ia mengaku diwajibkan gurunya untuk mendatangi Museum Satria Mandala. ”Dulu, sering ke sini, disuruh sekolah, tetapi saya tidak pernah tahu ini rumah terakhir Soekarno sebelum wafat. Bukannya dia wafat di Blitar, ya? Ha-ha-ha, saya lupa pelajaran sejarahnya,” ujar Dewi.

Irwansyah mengatakan, ketidaktahuan tersebut memang banyak dijumpai para pengunjung yang mendatangi museum. Ia sendiri sebagai pramuwidya museum juga mengaku jarang menjelaskan status museum yang dulunya merupakan rumah peristirahatan terakhir proklamator Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com