Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hangatnya Malam Bersama Hik

Kompas.com - 07/07/2015, 10:41 WIB
Rasa sambal tumpang nan gurih berpadu sempurna dengan rebusan daun pepaya, kembang turi, dan kacang panjang. Rasa daun pepaya jauh dari pahit karena direbus bersama daun kecubung. Saat dihidangkan, nasi manten anyar ini dibubuhi ceker ayam. Sambal tumpang sengaja tak memakai olahan daging dan diganti dengan tahu. Satu porsi nasi manten anyar yang sangat mengenyangkan ini hanya Rp 4.000.

Selain sambal tumpang yang hadir dengan nama baru, ada pula nasi garang asem jamur yang dijuluki sayur ganja dan nasi cucu ikan paus alias nasi teri. ”Lauk kami sederhana. Banyak pelanggan yang sudah menghindari daging. Justru banyak yang suka karena merakyat dan sederhana. Konsepnya mengusung masakan tradisional Jawa. Yang penting masakan kampung,” ujar Mulyani.

Kudapan carang gesing juga dihadirkan dengan julukan baru, yaitu pisang tanpa tulang. Carang gesing yang terbuat dari olahan pisang kepok dalam bungkus daun pisang ini menjadi kudapan favorit dengan rasanya yang manis legit. Nama-nama aneh sengaja dihadirkan untuk menarik keingintahuan pembeli. Setiap hari, menu santapan yang disuguhkan selalu berbeda.

Sama seperti hik tradisional lain, wedang menjadi pesona utama. Beragam wedang hangat menjadi minuman andalan yang digandrungi pembeli. Seduhan jeruk nipis, jahe, kencur, plus gula batu paling banyak dipesan pelanggan. Variasi wedang lain adalah jahe teh tape, jahe gepuk gula jawa, jahe secang, dan masih banyak lagi.

Suguhan lelucon

Lontaran guyonan dan keramahan penjual hik juga menjadi suguhan yang memberi warna. Pembeli seolah menemukan sahabat sehingga betah nongkrong sembari ngobrol beragam hal di warung hik. Tak heran jika pelanggan pun masih berdatangan hingga lewat jam tutup warung.

Jika tempat duduk di depan gerobak mulai penuh, Mulyono biasa berteriak ”serkong... serkong” alias geser bokong. Pelanggan yang sudah paham segera menggeser tempat duduk untuk memberi ruang bagi tamu lain. Mengandalkan kejujuran, pembeli bebas mengambil kudapan dan mengingat-ingat sendiri apa saja yang sudah disantap.

Sempat merantau sebagai tenaga kerja di Malaysia, Mulyono kemudian pulang kampung dan merintis usaha hik pada 2002. Awalnya, ia mangkal di pertigaan lampu merah di daerah Bejen, Karanganyar. Pelanggannya kemudian berkembang dari anak-anak muda rekan sekolah anaknya menjadi keluarga hingga tamu-tamu dari luar kota. ”Mending hujan batu di negeri sendiri daripada hujan emas di luar negeri,” kata Mulyono. ”Hiikk..!" (MAWAR KUSUMA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com