Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tentang Haji Lane, Markas Mafia, dan Gillman Barracks

Kompas.com - 10/07/2015, 18:45 WIB
Menurut Augustar, hingga di masa-masa awal kemerdekaan Singapura sekitar 1960-1970-an, banyak kelompok penjahat berkuasa dan bertikai memperebutkan wilayah kekuasaan di sebagian negeri itu termasuk di kawasan pecinan. ”Setelah Perdana Menteri Lee Kuan Yew berkuasa, mafia-mafia itu bisa diberantas. Singapura kini aman. Namun, tinggalan mereka, termasuk tempat-tempat mereka dulu suka berkumpul, tetap ada seperti yang sekarang jadi Operation Dagger ini,” katanya.

Operation Dagger tampil misterius, berada di bawah tanah dan nyaris tidak ada tanda yang menyatakan keberadaannya. Kelab ini menyendiri di balik deretan kelab yang ramai. Yang berminat harus pandai-pandai mencari tanda tertentu, seperti goresan persegi panjang dengan tanda panah di sebuah dinding. Tanda ini mengarahkan kita pada pintu masuk dan tangga menuju bawah tanah.

Kelab kecil ini terasa unik dan misterius dengan hiasan awan bola lampu nyaris menutup sebagian plafon tepat di atas meja bartender. Mau anggur, cocktail, hingga ramuan minuman nikmat tanpa alkohol? Tinggal minta kepada dua bartender yang akan dengan cekatan meramu pesanan pengunjung.

Etalase seni kontemporer

Malam masih panjang dan masih ada ekstra tenaga untuk menjelajah? Lanjutkan perjalanan ke Gillman Barracks di kawasan dengan jalan utama yang disebut Malan Road. Di sini sedikitnya ada 16 galeri seni. Ada juga panggung yang menampilkan artis-artis tertentu serta sebuah gedung tua yang disulap menjadi galeri seni.

Uniknya, semua didesain terbuka dan menjadi tempat nongkrong baru sembari diperkenalkan dengan dunia seni, khususnya seni kontemporer. ”Silakan menikmati sepuasnya, berkelilinglah. Banyak yang asyik dilihat. Kebetulan, saat ini sedang ada kegiatan peringatan 40 tahun hubungan Singapura-Korea. Jadi, ada banyak pameran dari seniman kedua negara dan dari Eropa,” kata Sumedhaa Hariram, staf humas di Gillman Barracks.

Gillman Barracks menjadi pusat penelitian Nanyang Technological University (NTU) yang didukung penuh oleh The Economic Development Board, Singapura. Salah satu pendiri kawasan pengembangan seni kontemporer ini adalah Director Professor Ute Meta Bauer. NTU Centre for Contemporary Art (NTU CAA) Singapore ini ada untuk memajukan seni dan budaya melalui ekshibisi, penelitian, dan pendidikan.

NTU CAA mencoba mengenalkan seni kontemporer khususnya kepada anak-anak muda Singapura. Pendekatannya pun cair dan sangat ”anak muda”. Di pelataran galeri gedung tua, misalnya, sengaja disiapkan fasilitas audio yang terus-menerus menggemakan musik pop hingga rock. Di salah satu sudut ada food truck yang sibuk melayani anak-anak muda dan ekspatriat. Mereka bebas masuk keluar galeri, mengenali beragam aliran seni kontemporer, bercengkerama dengan beberapa seniman, dan makan minum hingga tengah malam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com