Kecapi bahkan lentur menemukan format baru, mengadopsi nada diatonik dengan penambahan menjadi enam grip nada. Itu membuat kecapi di Sulsel bisa dipadu menjadi orkes riolo yang populer membawakan lagu modern, seperti yang rutin ditampilkan Jeka Etnika di Hotel Arya Duta, Makassar. ”Jeka Etnika memadu kecapi, biola, ukulele, suling, dan gendrang,” kata Ardi Jeka, pemain Jeka Etnika.
Bentuk klasik permainan kacaping juga menjadi suguhan rutin Hotel Santika, Makassar. Pemain sinrili kondang, Haeruddin, telah delapan tahun rutin menghibur tamu Hotel Santika. Lantunan ”Angin Mamiri” Haeruddin memukau Andi Sidda (53), seorang pegawai negeri sipil dari Kabupaten Barru, Sulsel.
”Sejak kecil saya mengenal kacaping, tetapi di Barru semakin sulit menemukan kacaping.
Di Makassar yang kota besar malah ada,” kata Andi Sidda tertawa.
Budayawan Sulsel, Alwi Rahman, menyebut tradisi tutur kecapi dalam empat entitas budaya di Sulselbar bisa dijelaskan dari kesatuan kosmologi suku Mandar, Makassar, Bugis, dan Toraja yang sama bertaut dengan kosmologi yang sama, terutama dalam mitologi kepemimpinan To Manurung.