Kepala Pengelola Badega Gunung Parang, Wawan Lukman Hidayat mengatakan jika nama Taraje diambil dari Bahasa Sunda yang berarti tangga. Wisatawan akan melewati beberapa jalur dari akar-akar pohon yang membentuk tangga secara alami.
"Jalur Taraje, itu kita ngikutin jalur orang tua dulu ngambil gadung. Gadung itu semacam umbi-umbian," kata Wawan saat diwawancarai KompasTravel di Purwakarta, pekan lalu
Wawan menjelaskan umbi-umbian tersebut banyak terdapat di Gunung Parang dan menjadi bahan makanan pokok masyarakat Purwakarta sebelum beras. Kemudian, dahulu masyarakat Purwakarta mendaki dengan acara bergelantungan di akar-akar pohon sebagai pegangan. Oleh karena itu, ia terinspirasi untuk membuka jalur kembali Taraje untuk dapat didaki oleh para wisatawan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.