Begitu diangkat, rumput laut penuh lumpur berwarna coklat.
”Kalau kondisi rumput laut seperti itu, berarti pertumbuhannya lambat. Kalaupun dipanen, harganya tak memadai,” kata Dede, pegawai UPT LPKSDMO LIPI.
Selepas dari bagan, Alit membawa kami mendekati Pulau H. Sedikit terperanjat karena kondisi Pulau H sangat kontras dengan pulau lain di gugusan Pulau Pari. Pulau ini milik seseorang dari Jakarta. Di sini berjejer rumah mewah dengan luas bangunan rata-rata 1.000 meter persegi.
Antara satu rumah dan rumah lainnya sudah dan sedang dibangun dermaga untuk parkir kapal pribadi. Ada juga salah seorang artis yang namanya saat ini terkenal memiliki satu rumah di pulau ini. ”Sewaktu artis itu beli dua tahun lalu, harga rumah masih Rp 10 miliar. Sekarang sudah Rp 15 miliar,” ujar salah seorang pengawas di Pulau H.
Pengawas itu mengatakan, saat ini tidak ada lagi penjualan rumah di pulau tersebut. Jika tertarik membeli rumah, pengelola pulau menjual rumah mewah dengan tipe lebih dari Pulau H di Pulau Kongsi.
Alit agak kesulitan membawa perahu untuk merapat ke pulau itu karena beberapa titik sengaja ditutup dengan tumpukan terumbu karang ukuran besar, setinggi lebih dari 1 meter dan berdiameter 50-200 sentimeter.
Syahuri, warga setempat, mengatakan, kondisi yang terjadi di gugusan Pulau Pari saat ini akibat pembiaran dari Pemerintah Provinsi DKI.
Sudah saatnya Gubernur DKI bertindak tegas demi menyelamatkan alam di Kepulauan Seribu. (Ratih Prahesti/Pingkan Elita Dundu)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.