Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalau Mau Tahu tentang Ulos dan Adat Batak, Mampir ke Galery Sianipar

Kompas.com - 28/01/2016, 11:32 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

"Motif sadum yang paling banyak diminati dan dijual ke luar negeri. Kalau di tenun padat, lima bulan baru selesai, benangnya juga asli. April ini kita buka lagi di Hongkong. Alasannya Hongkong lebih fashionable. Jadi kalau menghadapi MEA, kita sudah siaplah," kata anak kedua dari delapan bersaudara ini.

Dari awal, lanjut Robert, dirinya serius mendalami ulos dan pembuatan kain-kain tradisional lainnya. Sampai-sampai, usai menamatkan SMA dia merantau ke Bandung untuk belajar pewarnaan tekstil.

"Aku serius mendalami ulos, khususnya pertenunan. Sebaiknya juga, untuk usaha seperti ini memang orang Batak yang mengelolanya karena lebih paham. Ada aturan adat dalam penggunaan ulos, tidak bisa setengah-setengah tahunya, bisa marah nanti yang paham adat," ucap laki-laki kelahiran Medan 28 Juli 1973 itu.

"Ulos asli, tidak boleh diubah atau modifikasi. Namun kain bermotif ulos boleh saja. Perbedaannya dari warna dan bahan benang yang digunakan, yang memungkinkannya dicuci sesering mungkin," tambahnya.

Robert mengajak semua pihak khususnya pemerintah untuk membantu mengenalkan dan mengembangkan warisan budaya ini, tidak hanya di Suku Batak saja, tapi seluruh dunia. Keinginannya ini diakomodir Bank Indonesia Perwakilan Wilayah IX, Sumut dan Aceh.

Pertenunan Ulos Sianipar menerima penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) atas rekor pemrakarsa pembuatan ulos terpanjang di dunia mencapai 433 meter. Ulos tersebut adalah hasil karya 20 penenun yang merupakan binaan BI yang dikerjakan selama tujuh bulan.

KOMPAS.COM/MEI LEANDHA Galery Ulos Sianipar dan UKM Bersama di Jalan AR Hakim Gang Pendidikan Medan, Sumatera Utara.
"Di sini juga bergabung para UKM yang memasarkan produk khas Sumut. Ada kopi, dodol, coklat, penganan, camilan, dan lainnya. Harapanku, galeri ini menjadi ikon Kota Medan dan Sumatera Utara. Jadi setiap wisatawan yang ke Medan, mampirlah ke sini. Bisa tahu sejarah, budaya dan adat Batak, melihat langsung pembuatan ulos, dan pulang membawa oleh-oleh khas Sumut," katanya lagi.

Tak terasa, percakapan kami menjadi menghantar malam. Dia mengantarkan saya sampai ke parkiran. "Harus kita yang mencintai dan membanggakan, kalau tidak siapa lagi? Kenapa kita harus bangga dengan produk luar. Jadi lah diri sendiri dan percaya diri, itu kuncinya," kata Robert sambil menjabat tanganku.

"Mauliate...," ucapnya lirih sebelum punggungku benar-benar hilang ditelan gelap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com