Zaidi ingin sembur liur bernasib baik seperti dambus. Beberapa tahun lalu amat sulit menemukan grup dambus yang bisa tampil secara lengkap.
Sekarang sudah semakin banyak orang Bangka yang bisa bermain dambus dengan baik. Dari Belinyu, Kabupaten Bangka, sampai Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, kini ada grup-grup dambus yang rutin berlatih.
Rumah Zaidi di Pangkal Pinang juga dihiasi sejumlah kendang dan dambus. Alat musik di rumah berdinding kayu itu cukup untuk satu grup dambus. Keluarga seniman ini memang bisa bermain dambus. Anak-anak Zaidi, kakak-adik, serta orangtuanya bisa bermain dalam grup dambus.
”Anak saya sekarang fokus belajar perkusi. Kalau mau main dambus, dia biasa menabuh gendang,” ujarnya.
Zaidi tetap menjadi pemetik dambus. Sejak kecil memang dia sudah bermain dambus.
”Saya belajar kepada banyak guru. Memang sebagian hanya main-main, pengisi waktu pada masa kecil. Sebagian lagi benar-benar belajar, antara lain kepada orangtua saya,” tutur Zaidi seraya menunjukkan kepiawaian memetik dambus dengan ujung gitarnya diukir berbentuk kepala rusa.
Pelajaran dambus dari keluarga antara lain didapat saat pentas bersama. Pertunjukan yang dilakoninya berlangsung di sejumlah daerah. Bahkan, dambus menjadi salah satu sebab Zaidi bisa singgah ke sejumlah daerah di Indonesia.
Karena itu, dambus menjadi salah satu seni tradisional Bangka yang dicintainya. Salah satu bukti cintanya dengan membuat album dambus.
Album yang melibatkan beberapa seniman tradisional Bangka itu akan dibagikan kepada pelancong yang menikmati gerhana matahari total di Bangka Tengah pada 9 Maret 2016.
Bangka Tengah memang salah satu daerah yang menjadi pelintasan gerhana matahari dalam posisi tertutup sepenuhnya.
Selain membuat album, sudah bertahun-tahun Zaidi menyisihkan sebagian pendapatannya untuk membina banyak pemain dambus. Memang, tak hanya pemain dambus yang disumbangnya.
Seniman-seniman lain di Bangka juga banyak menerima bantuannya. Hal itu tidak lepas dari posisinya sebagai pembina YP3L.